"Kemampuan berbahasa Indonesia umumnya mereka peroleh sejak di bangku SMA dan dilanjutkan di tingkat universitas. Sebagian besar di antara mereka memang pernah berkesempatan tinggal atau studi di Indonesia dalam rentang waktu yang bervariasi, mulai dari dua bulan hingga empat tahun," demikian siaran pers Kedutaan Besar Indonesia di Canberra, yang diterima di Jakarta, Rabu.
Di Australia, termasuk di Ibu Kota Canberra, terdapat Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) yang didirikan anak-anak muda Australia yang berdedikasi, fasih berbahasa Indonesia dan sangat mencintai Indonesia.
Organisasi itu sebagai wadah berkreasi remaja Australia berusia 18-30 tahun dalam mempererat dan mempromosikan kerjasama antar pemuda Australia dan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, budaya, bahasa Indonesia dan dunia usaha. Hal ini selaras dengan moto mereka, yakni Connecting-Informing-Inspiring.
Kemampuan berbahasa Indonesia dimiliki karena bermukim di Indonesia mengikuti program pertukaran pemuda dan mahasiswa, seperti Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP), Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS), New Colombo Plan (NCP) hingga mengikuti tugas orangtua.
Jeremy Hutton misalnya, mahasiswa jurusan Hubungan Internasional merangkap Fakultas Hukum di Australian National University (ANU), salah satu universitas peringkat 20 besar dunia ini, pernah tinggal empat tahun di Surabaya bersama orang tuanya.
"Saya jatuh cinta sama Indonesia. Saya selalu ingin kembali ke Indonesia. Saya kangen dengan soto ayam, sate dan rujak", ujarnya.
Menurut Kuasa Usaha ad-interim di Kedutaan Besar Indonesia di Canberra, MI Derry Aman, inisiatif dan kontribusi yang tulus dari anak-anak muda Australia yang tergabung dalam AIYA dalam merekatkan hubungan bilateral kedua negara diakuinya memang patut dihargai.
"Kerjasama antarpemuda akan meletakkan landasan yang lebih kokoh dari hubungan kedua negara saat ini dan di masa mendatang. Terlebih lagi mereka memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang sangat baik sehingga mempunyai rasa respek dan pemahaman yang tinggi terhadap Indonesia," katanya.
Menurut dia, semakin banyak pemuda Australia yang memiliki kecintaan terhadap Indonesia tentu akan membawa banyak manfaat dan menjadi bagian penting dalam mempromosikan semangat persahabatan kedua negara.
Kiprah AIYA dalam membantu meningkatkan citra positif Indonesia di Australia pantas diapresiasi. Pada bulan Mei 2017, mereka mempromosikan film Kartini dengan memutar sinema tentang perjuangan emansipasi perempuan Indonesia ini, di bioskop-bioskop utama di berbagai kota besar di Australia, seperti Sydney, Melbourne, Perth, dan Canberra.
Sebelumnya, Maret juga menghadirkan film nasional Cek Toko Sebelah guna memberikan pemahaman kepada publik Australia tentang toleransi dan kebhinekaan Indonesia.
Baca juga: (Upaya jadikan Bahasa Indonesia "lingua franca" ASEAN)
Baca juga: (APPBIPA dorong internasionalisasi Bahasa Indonesia)
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017