Yogyakarta (ANTARA News) - Sistem pendidikan di Indonesia cenderung menanamkan ketergantungan pada diri siswa, sehingga membentuk jiwa pekerja pada diri anak didik. "Semakin tinggi pendidikan justru semakin rendah jiwa kewirausahaan dan kemandirian yang dimiliki siswa," kata Direktur Profesi Guru Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Zamroni, di Yogyakarta, Selasa. Menurut dia, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar keinginan untuk menjadi pegawai dan semakin kecil tekad untuk menjadi pengusaha. "Jadi, kenyataan seperti itu menunjukkan betapa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sekarang,"ujarnya. Menurut dia, buruknya mutu pendidikan juga dapat dilihat dari hasil pengembangan sumber daya manusia yang dinyatakan dalam Human Development Index (HDI). HDI merupakan indeks komposit yang diukur dari beberapa komponen, meliputi pendidikan, kesehatan dan ekonomi. HDI Indonesia tergolong rendah, berada di bawah Malaysia, Thailand, dan Filiphina. Selain itu, kata dia, perbandingan antara jumlah guru dan jumlah murid di Indonesia relatif kecil, seharusnya hal itu dapat menghasilkan pendidikan yang efektif dan bermutu. Ia menambahkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), prestasi siswa Indonesia di bidang matematika mendekati level rendah, sedangkan Malaysia pada level Menengah menuju level tinggi, dan Singapura berada pada level tingkat lanjut. "Padahal jumlah jam yang dihabiskan untuk pelajaran matematika di Indonesia lebih banyak dari pada di Malaysia dan Singapura," kata dia. Ia mengatakan, hasil penelitian tersebut menunjukkan kurang kuatnya kurikulum pendidikan di Indonesia, sehingga meskipun jam pelajarannya banyak tetapi prestasi siswa rendah. Selain itu, kata dia, kurangnya mutu guru dan kurangnya dukungan sekolah serta keluarga menjadi kendala peningkatan mutu pendidikan Indonesia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007