"Pertama kali berhenti karena aku melihat tautan tentang seekor gajah kecil bernama Raju di Aceh, dia tersesat dan diadopsi masyarakat sekitar, setelah diusut ternyata dia terpisah dengan keluarganya karena rumahnya sudah dibabat untuk ladang sawit," kata Nina Tamam saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Sejak saat itu, perempuan penyayang binatang tersebut langsung berkomitmen untuk tidak lagi menggunakan produk sawit dan mengganti produk-produk tersebut dengan bahan-bahan lain.
"Produk yang pertama kali aku ganti itu adalah minyak goreng, sekarang aku menggunakan minyak kelapa. Kemudian mengganti produk sabun, sampo dan lainnya aku pakek sabun dari Bali," kata perempuan yang mengaku pengguna Facebook sejati itu.
Pada awalnya dia sempat kesulitan untuk mencari produk kecantikan yang tidak berbahan kelapa sawit.
Akhirnya dia menggunakan produk organik Bali yang banyak menggunakan minyak kelapa, menurut dia, selain bahannya tidak merusak lingkungan, produk itu memiliki wangi yang sedap.
Dia pun kerap titip untuk dibelikan sabun bali jika ada kerabatnya yang sedang berlibur ke Bali,
"Susah sih awal-awal nyarinya tapi sekarang udah enggak sulit karena sekarang semakin banyak orang yang peduli. Kadang-kadang kalau ada teman yang lagi ke Bali aku suka nitip beli," kata dia.
Produk-produk pengganti itu memang harganya sedikit lebih mahal dibandingkan produk-produk berbahan kelapa sawit, namun kata dia, dengan menggunakan produk-produk pengganti itu setidakanya dirinya sudah berkontribusi untuk menjaga hutan Indonesia.
Bahkan, Nina tidak menggunakan sabun konvensional untuk memandikan anaknya.
"Anakku dimandikan pakai ampas kopi campur lemon," kata perempuan yang pernah berkarir bersama kelompok Warna.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017