Jakarta (ANTARA News) - Perum Jasa Tirta II sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pengelolaan air menorehkan capaian positif sepanjang tahun 2016, bahkan mampu mengangkat produksi pangan petani serta menopang pasokan listrik bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
"Capaian 2016 sangat baik karena PJT II dapat predikat AAA. Kami melakukan pengelolaan air di mana 90 persen bersifat sosial dan baru sisanya 10 persen yang kami kelola untuk usaha," kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta II, Djoko Saputro, kepada wartawan usai Rapat Pembahasan Bersama Perum Jasa Tirta II di Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan ini, hadir pula Direktur I Perum Jasa Tirta II Sumiana Sukandar, Ketua Dewas Bedjo Sutanto, dan Direktur II Harry M Sungguh.
Djoko menegaskan, dalam menjalankan operasional perusahaan, 90 persen pengelolaan air itu sifatnya sosial yang akhirnya mampu mendukung ketahanan pangan, yakni dengan menjadi penyedia air baku untuk irigasi pertanian di sebagian wilayah Jawa Barat. Air irigasi itu diberikan secara gratis kepada petani melalui saluran-saluran irigasi yang dikelola oleh PJT II.
"Sekitar lebih dari 6 miliar meter kubik per tahun air kami alokasikan untuk 300.000 hektare lahan pertanian di sekitar wilayah kerja, dan dari sini menghasilkan gabah dalam dua musim panen sebesar 15 juta ton. Kalau dikonversi menjadi gabah kering, maka kontribusi PJT II bisa mencapai Rp 13 sampai Rp 14 triliun dari produksi gabah kering. Ini artinya Perum Jasa Tirta II berkontribusi nyata terhadap ketahanan pangan," jelas Djoko Saputro.
Dalam penyediaan air baku, PJT II juga bekerja sama dengan perusahaan air minun PAM Jaya dan PDAM Kabupaten/kota, serta industri. Pada 2016 air baku yang didistribusikan untuk sektor ini mencapai 944,12 juta meter kubik.
"Jadi, 80 persen kebutuhan air baku Jakarta dipasok oleh PJT II. Maka kami mencoba perbaiki sistem kinerja dan efektifitas," ujar Djoko.
Ia menambahkan, PJT II juga menjalankan unit usaha pembangkit energi listrik. Selain dipasok untuk PLN, energi listrik ini juga ada yang disuplai untuk pelaku industri kecil sehingga mereka mendapatkan harga produksi yang lebih murah. Sebab harga listrik yang dipasok ke industri 80 persen lebih murah dibanding harga listrik PLN.
"Ini potensi membangun wilayah industri dengan listrik lebih murah. Ini bisa semacam bentuk subsidi bagi industri," tuturnya.
Produksi listrik PJT II 2016 sebesar 1,2 miliar KWH dan merupakan yang tertinggi selama 50 tahun PJT II yakni mulai dari 1957. Selain karena faktor cuaca hujan yang sangat mendukung, PJT II juga melakukan operasi yang lebih baik. Misalnya dengan menjaga dan membenahi sparepart, etos kerja SDM yang semakin meningkat dan berkomitmen kuat, dan mesin-mesin juga dijaga agar tidak down.
"Upaya-upaya seperti ini kami lakukan sehingga operasional bidang kelistrikan ini sangat baik," jelas Djoko.
PJT II juga mampu menunjukkan kinerja keuangan yang meningkat pesat. Laporan keuangan PJT II menunjukkan, pendapatan 2016 mencapai Rp750 miliar dengan laba sekitar Rp170 miliar. Capaian ini dibanding tahun sebelumnya naik tiga kali lipat.
Dari jumlah pendapatan dan laba ini, sekitar 60 persen dihasilkan dari lini usaha pembangkit listrik. Sedangkan sisanya sekitar 40 persen dari usaha lain seperti pengelolaan air bersih maupun pariwisata. Kenaikan pendapatan dan juga laba dicapai PJT II dengan melakukan pembenahan di berbagai sisi kegiatan dan juga membenahi sisi efisiensi dan efektifitas karena pengelolaan air PJT II tetap 90 persen sosial dan 10 persen untuk usaha.
(T.S037/J003)
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017