Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tengah menyiapkan skema investasi terpadu untuk ditawarkan kepada para investor yang hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok, pada 14-15 Mei 2017.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan bahwa dalam menjaring investasi khususnya pada program infrastruktur besar seperti OBOR tersebut, perlu adanya satu visi terpadu dan kerja sama antarkementerian serta lembaga secara baik.
"Kita bicara dimensi seperti apa sekarang, saya pribadi merasa memang harus menerobos ke skala yang puluhan miliar dolar," kata Thomas, di Jakarta, Rabu.
KTT OBOR merupakan program pertemuan infrastruktur terbesar di dunia. Thomas yang kerap disapa Tom itu mengatakan bahwa OBOR program infrastruktur terbesar di dunia untuk generasi saat ini. Diperkirakan, total pendanaan dari OBOR tersebut mencapai 300-500 miliar dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun kedepan.
"Ini memang lebih dari BKPM, yang paling utama adalah koordinasi. Karena memang proyek OBOR dan keikutsertaan pemerintah, harus diselaraskan dengan program pembangunan nasional," kata Tom.
Pekan ini, pemerintah tengah menyiapkan rencana terpadu investasi yang nantinya akan dibawa oleh Presiden Joko Widodo untuk ditawarkan kepada para investor dalam KTT OBOR tersebut. Pendekatan yang dibawa pemerintah kali ini adalah dengan konsep kawasan terpadu.
"Jadi terkadang kita masih terpecah pendekatan sektoral. Jadi proyek perhubungan jalan sendiri, pariwisata jalan sendiri, energi jalan sendiri. Tapi justru sekarang yang sangat diperlukan adalah pendekatan terpadu suatu wilayah," ujar Tom.
Perkiraan total pendanaan yang diperkirakan mencapai 300-500 miliar dolar AS tersebut, masih belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Tercatat, porsi yang diterima Indonesia terbilang sangat kecil, baru pada kisaran 5-6 miliar dolar AS atau Rp66-Rp80 triliun.
Sementara porsi yang diambil oleh Pakistan mencapai Rp62 miliar dolar AS, setara dengan Rp828 triliun, Filipina sebesar 24 miliar dolar AS atau Rp320 trriliun dan Malaysia sebesar 30 miliar dolar AS atau Rp400 triliun.
"Presiden Xi Jinping pertama kali mengumumkan OBOR di Jakarta pada 2013, jadi sangat ironis bahwa malah kita ketinggalan dalam totalitas OBOR ini. Memang ini murni salah pendekatan sejauh ini, kita memang kurang terintegrasi, kurang proaktif untuk menggali. Ini tentunya suatu hal yang ingin kita benahi segera," ujar Tom.
BKPM mencatat, realisasi investasi Tiongkok di Indonesia sepanjang 2016 sebesar 1,01 miliar dolar AS, yang meningkat jika dibandingkan 2015 yang hanya 160 juta dolar AS. Angka tersebut, jauh di bawah komitmen investasi Negeri Tirai Bambu tersebut dalam lima tahun yang diperkirakan senilai 52 miliar dolar AS.
(T.V003/J003)
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017