Jakarta (ANTARA News) - Keputusan FIFA memberhentikan tim etik "adalah kemunduran dalam perang melawan korupsi", kata salah seorang anggota komisi etik yang dipecat, penyidik Cornel Borbely, dalam jumpa pers di Bahrain, Rabu.
FIFA memang telah merekomendasikan agar Borbely, bersama dengan hakim etik yang membantu menurunkan Sepp Blatter, Hans-Joachim Eckert, untuk tidak dipilih kembali pada Kongres FIFA yang diadakan 11 mei nanti di Bahrain.
Borbely mengungkapkan ratusan kasus korupsi mangkrak di FIFA. "Penghentian ini tak berarti apa-apa kecuali mengakhiri proses reformasi," kata Borbely.
"Komisi etik adalah institusi kunci dalam reformasi FIFA. Kami bisa mengembalikan kepercayaan kepada FIFA, komisi etik adalah role model untuk seluruh dunia olah raga. Tapi sekarang kerja komisi etik sepertinya tidak menyenangkan fungsi dan pejabat FIFA."
"Penggeseran komisi etik adalah bukan demi kepentingan terbesar FIFA dan ini adalah kemunduran dalam perang melawan korupsi," kata Borbely.
Rekomendasi itu diambil oleh Dewan FIFA, kemarin. Keputusan tidak memilih lagi Eckert dan Borbely diambil karena keduanya telah habis masa jabatan empat tahunnya.
Dewan FIFA merekomendasikan Eckert diganti oleh Vassilios Skouris dari Yunani yang adalah bekas presiden Mahkamah Keadilan Eropa. Sedangkan Borbely akan digantikan oleh orang Kolombia, Maria Claudia Rojas.
Keputusan ini akan diratifikasi oleh FIFA pada kongres tahunannya di Bahrain, Kamis esok.
Keputusan FIFA ini dianggap kontroversial karena kedua orang pernah menuduh Presiden FIFA Gianni Infantino memiliki motif pribadi dalam pergantian Eckert dan Borbely, karena sebuah penyelidikan etik yang melibatkan dia digelar tahun lalu.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017