Jakarta (ANTARA News) - Massa pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memang mengaku kecewa atas keputusan majelis hakim menjatuhkan hukuman pidana dua tahun pada Ahok.
Sri Rejeki adalah salah satunya. Perempuan asal Kampung Tengah, Jakarta Timur itu mengaku tak bisa menerima keputusan itu. Dia bersama sang suami, Indra Cahya dan sejumlah pendukung Ahok berencana menuju rutan Cipinang, sebagai satu bentuk dukungannya untuk Ahok.
"Saya ingin menangis, bener. Saya enggak menerima. Inginnya menemui Pak Ahok di Cipinang. Masa langsung masuk Cipinang," tutur Sri kepada ANTARA News usai melakukan orasi di kawasan gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa.
Setali tiga uang dengan Sri, Sofi, Nilam, Heti dan Selvi juga berencana menuju Cipinang. Mereka ingin memberi dukungan bagi keluarga Ahok agar tabah menerima keputusan pengadilan.
"Kami semua akan berangkat ke Cipinang, untuk mendukung, menguatkan istri dan anak-anaknya (Ahok) agar menerima keputusan Majelis Hakim," kata Sofi.
Di balik rasa kecewa, dia mengaku bersyukur karena keputusan pengadilan menjatuhkan vonis dua tahun pada Ahok juga merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. "Kami mengucap syukur karena di balik itu ada kehendak Tuhan, Ahok juga sudah berserah diri," tutur dia.
Sementara itu, sekalipun vonis sudah dijatuhkan, namun Selvi dan rekan-rekannya berkomitmen terus memantau perkembangan kasus Ahok.
"Berdoa dan berusaha, kalau kami tidak kawal nanti pengadilan merasa pihak sana yang benar. Jadi kita harus counter walaupun dengan cara damai," kata dia.
Sekitar pukul 13.15 WIB massa pendukung Ahok bergegas meninggalkan gedung Kementan, sebagian menuju Cipinang sesuai arahan pemimpin orasi. Sebelum melangkahkan kaki, mereka sempat mengambil kembali mawar-mawar merah dan putih yang terpajang di kawasan Kementan, untuk dipajang di dekat Cipinang.
(Baca: Ahok baru masuk Rutan Cipinang, pendukung sudah tanyakan jadwal besuk)
Sejumlah pendukung Basuki Tjahaja Purnama di Rumah Tahanan Kelas I Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (9/5/2017). ANTARA News/Gilang Galiartha
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017