Washington (ANTARA News) - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Dick Cheney, mengatakan bahwa ia telah memperoleh dukungan dari sekutu Arab bagi upaya pimpinan AS guna menstabilkan Irak, tapi mengakhiri kunjungannya ke Timur Tengah dengan mendesak para pemimpin Irak agar tak menyia-nyiakan wakitu dalam melaksanakan tugas mereka sendiri. Cheney juga mengatakan dukungan Arab tak berkaitan dengan kemajuan ke arah diakhirinya konflik Palestina-Israel, yang oleh banyak kalangan di wilayah itu dipandang sebagai penyebab munculnya fanatisme Islam. Tetapi ia mengatakan Washington "tetap terikat komitmen pada perdamaian di Timur Tengah". "Saya kira itu bukan sesuatu atau tidak sama sekali. Saya percaya ada sejumlah masalah yang perlu ditangani secara berbarengan. Kami tak bisa memilih dan mengambil," katanya kepada wartawan di dalam pesawatnya saat ia terbang pulang setelah kunjungan ke Irak, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Jordania. Salinan laporan untuk wartawan disediakan Washington. Persingahan Cheney di Irak kelihatan sebagai isyarat mengenai meningkatnya ketidak-sabaran AS atas kelambanan pemerintah Irak dalam mencapai kesepakatan pembagian-kekuasaan yang dikatakan Washington penting guna mengakhiri bentrokan antar-aliran. Pemerintah Presiden George W. Bush menghadapi tekanan yang meningkat dari Kongres, yang dipimpin oposisi, untuk memulai diakhirinya keterlibatan AS dalam perang tak populer di Irak, tempat pemboman dan serangan lain telah berlangsung terus kendati AS menambah penggelaran personil militer dengan pemusatan di ibukota negeri tersebut, Baghdad. Selama kunjungannya ke Baghdad, Cheney, yang menjadi kekuatan di balik serbuan 2003, mendesak para pemimpin Irak agar bertindak tanpa menunda-nunda lagi, dan ia mengulangi pesan itu dalam penerbangannya kembali ke Amerika. "Tak ada banyak waktu yang dapat disia-siakan di sini, dan penting untuk bertindak secara agresif dalam urusan ini hari ini," katanya. "Saya kira ada perasaan mendesak yang lebih besar di pihak mereka dibandingkan yang telah saya saksikan sebelumnya." Tetapi ia mengakui, "Saya tak dapat meramalkan apa yang pasti akan terjadi." Ketika ditanya apakah ia telah menerima dukungan dari negara-negara Arab untuk membantu menstabilkan Irak, ia berkata, "Saya menerimanya." Washington ingin negara-negara Arab berbuat lebih banyak guna membantu Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki dan mencegah Iran menerapkan pengaruh di Irak. Pemerintah Arab moderat telah lama mendesak Bush untuk menghidupkan kembali peran AS sebagai penengah perdamaian antara Israel dan Palestina, dan menyatakan sengketa yang telah berlangsung lama membantu menyulut fanatisme Islam di Irak dan tempat lain. Israel dengan keras membantah negara Yahudi tersebut terlibat dalam konflik apa pun. Cheney mempertahankan peringatan kerasnya kepada Iran, yang dikeluarkan Jumat di kapal induk AS di lepas pantai Uni Emirat Arab, dan mengatakan ia tak melihat pertentangan dalam keinginan pemerintah AS untuk berbicara dengan para pejabat Iran di Baghdad guna membahas keamanan di Irak. Gedung Putih telah berkeras bahwa pembicaraan itu, salah satu pertemuan langsung antara kedua negara dalam lebih dari dua dasawarsa, terbatas pada Irak dan tak berkembang ke masalah pembangkangan Iran terhadap tuntutan internasional untuk menghentikan program nuklirnya, demikian Reuters. "Presiden menjelaskan percakapan di Baghdad adalah antara duta besar, yang dipusatkan pada situasi di Irak dan apa yang kami percaya sebagai campur-tangan Iran dalam urusan dalam negeri Irak," katanya. Iran membantah telah ikut-campur di Irak. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007