Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mendorong kesadaran masyarakat terhadap potensi terjadinya bencana di lingkungan sekitar, terlebih jika tinggal di daerah rentan.
"Meningkatnya bencana di Indonesia perlu diantisipasi dengan mengembangkan kultur sadar bencana untuk mengurangi risiko bencana. Bencana bersifat multidimensi sehingga semua ilmu harus memberikan solusi terhadap bencana. Selalu dinamis dan harus dapat dilakukan preventif," kata Wapres JK lewat keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Dalam Pembukaan Pekan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-4 dan Munas Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Balairung Universitas Indonesia (UI), dia mencontohkan kesadaran bencana masyarakat Simeulue yang sigap terhadap tsunami.
Dia mengatakan kultur kebiasaan masyarakat di Simeulue sudah menjadi kultur masyarakat Indonesia saat ini. Begitu merasakan gempa besar langsung berlari ke bukit. Kultur masyarakat Simeulue itu justru telah menyelamatkan warga sekitar.
"Hanya ada korban 10 jiwa, sedangkan di Aceh yang tidak memiliki kultur ini korbannya lebih dari 100 ribu jiwa," kata dia.
Wapres juga meminta agar bencana makin meningkatkan kesadaran akademisi dan ilmuwan untuk mencari inovasi dan kreativitas sehingga korban bencana dapat dikurangi.
"Jadi empat hal yang harus dijawab para peneliti, akademisi, praktisi dan lainnya adalah apa, di mana, kenapa dan bagaimana? Iptek harus mampu memprediksi secara tepat bencana," kata dia.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengatakan kejadian bencana terus meningkat setiap tahun. Jutaan penduduk Indonesia tinggal di daerah bencana dengan 150 juta penduduk ada di daerah rawan gempa, 64 juta di daerah rawan banjir dan 41 juta di daerah rawan longsor dan sebagainya.
Sementara itu, kata dia, kapasitas penanggulangan bencana di pemda masih belum merata. Bencana disebabkan laju degradasi lingkungan lebih cepat dari pemulihan. Untuk mengantisipasi bencana maka pencegahan dan penanggulangan bencana menjadi prioritas pembangunan nasional. Pencegahan menjadi lebih prioritas, tambahnya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017