Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar spot antarbank Jakarta pada Selasa pagi ini merosot hingga mencapai Rp8.800/8.805 per dolar AS dibanding dengan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp8.777/8.778 atau melemah 23 poin. Direktur Bank Muamalat, Andyr Buchari, di Jakarta, mengatakan rupiah merosot karena faktor eksternal cenderung menekannya, seperti menguatnya dolar AS terhadap yen, merosotnya harga saham di pasar regional dan aksi 'profit taking' (ambil untung) oleh pelaku lokal. Faktor eksternal yang negatif didukung pula oleh aksi ambil untung oleh pelaku lokal, sehingga rupiah kembali mencapai Rp8.800 per dolar AS, meski sebelumnya diperkirakan mata uang lokal akan kembali menguat, katanya. Kondisi pasar seperti ini, menurutnya, tidak akan berlangsung lama, karena peluang rupiah untuk menguat akan kembali terjadi, melihat penempatan dana investor asing di pasar uang dan pasar saham masih berlanjut. Karena itu, kedua pasar itu masih berpotensi untuk memberikan keuntungan dengan penempatan dana mereka di pasar, katanya. Rupiah, lanjutnya, masih wajar mengalami koreksi setelah sebelumnya sempat menembus level Rp8.800 per dolar AS, menyusul faktor positif yang mendukung pergerakan mata uang itu. Rupiah stabil apabila berkisar antara Rp9.000 hingga Rp9.100 per dolar AS, karena kenaikan rupiah yang terlalu cepat tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi, katanya. Ia mengatakan rupiah akan mendapat dukungan pasar apabila rencana bank sentral AS menurunkan suku bunganya yang saat ini mencapai 5,25 persen. Selain itu, juga rencana bank sentral Jepang yang akan menaikkan suku bunganya menjadi 0,75 persen juga memberikan peluang bagi rupiah untuk kembali menguat, katanya. Yen saat ini turun terhadap dolar AS menjadi 120,43 dari sebelumnya 120,35 dan euro terhadap dolar AS stabil pada 1,3542. Menurut dia, melemahnya yen terhadap dolar AS, setelah data pesanan mesin Jepang merosot diluar perkiraan pasar. Data pesanan mesin Jepang yang merosot itu memicu Bank sentral Jepang untuk segera menaikkan tingkat suku bunganya, katanya. BOJ diperkirakan akan menaikkan suku bunganya pada Agustus mendatang, ujarnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007