Medan (ANTARA News) - Harga ekspor karet SIR 20 pekan ini kembali terkoreksi menjadi 215,50 dolar AS per ton setelah pekan lalu sempat menyentuh harga tertinggi atau 218 dolar AS per ton. Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Selasa, mengatakan harga jual karet diperkirakan tetap tinggi, sehubungan permintaan di pasar internasional tetap besar di tengah pasokan yang ketat dari negara-negara produsen, seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia. Permintaan yang tinggi itu antara lain datang dari Amerika Serikat dan China. "Meski terkoreksi, harga ekspor sepanjang Januari-Mei tahun ini dinilai masih tinggi dibandingkan tahun lalu," katanya. Pada akhir April, misalnya, harga jual karet berada pada posisi 216,50 dolar AS per ton dan pada bulan Mei sempat berada pada kisaran 218 dolar AS per ton. Harga ekspor karet yang mahal itu membuat harga bahan olah karet (bokar) di dalam negeri ikut menjadi mahal. Di Sumut, misalnya, harga jual bokar semakin mahal karena cuaca yang tidak mendukung dimana terjadi panas terik dan hujan lebat secara bergantian. Menurut pedagang karet di Medan, M. Harahap, harga bokar di pabrikan pekan ini bertahan pada harga Rp16.100 per kg hingga Rp16.300 per kg. Meski harga ekspor sudah turun menjadi 215,50 dolar per ton, harga bokar masih bertahan mahal. Pada April harga bokar di pabrikan Medan paling mahal masih Rp16.200 per kg. "Bokar jadi rebutan pedagang maupun pabrikan karena pasokan di berbagai sentra produksi berlangsung ketat," kata Harahap. (*)
Copyright © ANTARA 2007