"Acara ini adalah rangkaian untuk memperingati hari autisme internasional yang jatuh pada bulan April. Kami setiap tahun akan menampilkan sesuatu yang luar biasa dari mereka," kata sutradara dan penulis naskah drama musikal tersebut, Renata Tirta Kurniawan.
Cerita Peter Pan yang ditampilkan diambil dari cerita Walt Disney tentang anak laki-laki bernama Peter Pan dan peri kecil Tinkerbell yang mengajak gadis bernama Wendy berpetualang ke Neverland.
Renata mengatakan pihaknya memang sengaja memilih cerita anak-anak agar para pemeran tidak kesulitan dalam menyanyi, menari dan berlakon.
Dia mengatakan pihaknya membutuhkan waktu 2,5 bulan sejak audisi hingga pementasan.
Pada masa audisi, akan dipilih anak yang memiliki kemampuan verbal dan motorik lebih baik untuk diberikan peran dengan dialog yang lebih panjang.
Setelah itu, mereka akan dibimbing untuk merekam suara.
"Kemampuan setiap orang berbeda-beda, ada yang sangat ekspresif, ada yang perlu kita bimbing, ada juga yang kita bacakan dahulu dialognya lalu dia mengikuti," kata dia.
Setelah proses merekam suara selesai, mereka dilatih untuk menari lagu per lagu, kemudian latihannya digabung dengan dialog.
Gerakan tarian yang ditampilkan tidak rumit sehingga gampang diikuti oleh para pemeran.
Tak hanya sebagai pemeran, para penyandang autisme ini juga membantu dalam membuat properti.
Renata mengatakan tidak sulit bekerja sama dengan penyandang autisme, yang diperlukan hanyalah memahami karakter mereka masing-masing.
"Masing-masing orang kan sangat unik, jadi kita hanya butuh memahaminya karena mereka sebenarnya sangat berbakat.Mereka jangan disisihkan tetapi dirangkul, diajak bergaul dengan kita," kata dia.
Sementara itu, Siloam Hospitals Grup mengadakan Forum Diskusi Kesehatan dengan Tema : Kenali dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak Autisma. Dipilihnya tema ini bertujuan agar penanganan pada tumbuh kembang Anak dengan Autisma dapat tersosialisasi dengan baik serta menyeluruh.
Menurut salah satu pembicara dalam forum diskusi, Yulianty Sitompul dalam keterangannya Minggu mengatakan, agar orang tua pemilik anak pengidap anak autism, senantiasa melatih keterampilan dasar anak di rumah. Melatih keterampilan dapat pula dilakukan dalam pola terapi yang berkelanjutan.
“Hal ini efektif dalam tumbuh kembang anak autisme. Melatih mereka melalui terapi dengan merangsang keterampilan agar keinginan mereka dapat diungkapkan adalah lebih ideal daripada membiasakan memberikan keinginan kepada mereka, “ papar Yulianty yang merupakan penanggung jawab akademik Sekolah Khusus Individu Autisma Mandiaga didepan puluhan peserta forum diskusi.
Menambahkan yang telah disampaikan sebelumnya oleh Yulianty Sitompul, Eva Suryani, dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Siloam, turut menekankan pentingnya pengadaan terapi yang berkelanjutan.
“Jika terapi dihentikan, mereka tak bias tumbuh kembang secara optimal,†sebut Eva Mengingatkan.
Menurut Eva, tumbuh kembang optimal anak autism dapat pula dilakukan dengan memperbanyak peluang anak untuk berinteraksi sosial dan secara bertahap menularkan kepada anak cara berekpresi yang sesuai.
“Kuncinya ada pada orangtua. Terapi berkelanjutan yang optimal dan ajak mereka belajar berekspresi, “ pungkas Eva.
Pewarta: Aubrey KF
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017