"Paham-paham itu berkembang di kampus-kampus dan dikhawatirkan menjadi bibit perpecahan. NU berkomitmen menjaga NKRI agar tidak ada yang mengkoyak-koyak," kata Romahurmuziy saat membuka lomba cerdas cermat empat pilar Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Minggu.
Acara itu juga diawali dengan pelantikan pengurus Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU) Kecamatan Karanganyar, Purbalingga.
Dia mengatakan masyarakat tidak boleh membiarkan kalangan pelajar mendapatkan paham untuk mendirikan khilafah dan membelakangi Pancasila.
Romi yang juga Ketua Umum DPP PPP mengingatkan Pancasila sudah menjadi kesepakatan pendiri bangsa Indonesia yang salah satu berasal dari Nahdlatul Ulama sehingga mengingkari Pancasila sama saja mengingkari NU.
"Perwakilan NU dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah Kiayi Wahid Hasyim. Membelakangi Pancasila sama saja membelakangi NU dan Kiayi Wahid Hasyim," ujarnya.
Dia meminta IPNU menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan Islam sebagai rahmatan lil alamin di seluruh wilayah.
Romi juga menyarankan agar dibentuk korps mubaligh untuk menyebarluaskan pemikiran Islam sebagai rahmat seluruh alam.
"IPNU dan IPPNU ajarkan ahlul sunah waljamaah untuk pemula, menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin," katanya.
Romahurmuziy mengatakan akhir-akhir ini perbedaan di antara masyarakat Indonesia menjadi sumber perpecahan padahal sebenarnya menjadi kekuatan untuk bersatu.
Menurut dia, jangan menjadikan kebhinekaan sebagai sumber perpecahan karena bangsa Indonesia berdiri berdasarkan perbedaan.
"Sepanjang mengakui bangsa Indonesia maka akan hilang perbedaan karena bangsa kita didirikan diatas perbedaan," katanya.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017