Manila (ANTARA News) - Hampir 900 orang meninggal setiap hari akibat kecelakaan lalu lintas di Wilayah Pasifik Barat, dan ngebut menjadi faktor utama bagi separuh kecelakaan mematikan di kebanyakan negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Markas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Wilayah Pasifik Barat menyatakan di dalam satu pernyataan rata-rata 337.000 orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas di wilayah tersebut, yang meliputi 37 negara dan wilayah di Asia Timur, Asia Tenggara dan Oseania.
"Sebanyak 69 persen orang yang meninggal di jalan wilayah tersebut adalah pengguna jalan yang rentan seperti pejalan kaki, pesepada dan pengendara motor. Jutaan orang lagi menderita luka tak fatal, dan banyak orang menderita cacat seumur hidup akibat cedera mereka," kata pernyataan itu.
WHO menyatakan cedra akibat kecelakaan lalu lintas darat mengakibatkan kerugian ekonomi besar bagi korban, keluarga mereka dan bangsa, tambah WHO, sebagaimana diberitakan Xinhua.
"Kerugian ini muncul dari biaya perawatan, termasuk rehabilitas dan penyelidikan kecelakaan, serta mengurangi atau kehilangan produktivitas bagi mereka yang tewas atau cacat akibat cedera mereka, dan buat anggota keluarga yang memerlukan waktu untuk tidak bekerja atau bersekolah demi merawat mereka yang cedera."
"Cedera lalu lintas darat membuat negara yang berpenghasilan rendah dan menengah menanggung beban sebanyak lima persen produk nasional kotor mereka," kata WHO.
Lembaga kesehatan dunia itu menyatakan risiko meninggal akibat kecelakaan lalu lintas darat adalah 2,5 kali lebih besar di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan dengan di negara yang berpenghasilan tinggi.
Cedera menciptakan lingkaran kemiskinan, kata WHO. Kondisi cedera itu bisa membuat orang tak dapat bekerja atau mengurus diri mereka, sehingga menguras anggaran keluarga dan harapan bagi kemakmuran.
Dan satu cara yang paling sederhana untuk menghindari kecelakaan lalu lintas darat dan jutaan kematian serta cedera yang ditimbulkannya ialah mengemudi secara perlahan, kata WHO. Ditambahkannya, langkah pencegahan lain meliputi menghindari minum alkohol sebelum mengemudi, dan memakai helm bagi pengendara motor.
Jalan raya yang makin padat kendaraan membuat orang menjadi sangat perlu untuk mengemudi secara perlahan, kata WHO, yang mengatakan makin cepat orang berkendaraan, makin tinggi resiko kecelakaan dan cedera parah yang mungkin diderita.
Dengan mengutip studi, WHO mengatakan mengurangi kecepatan rata-rata perjalanan sampai cuma lima persen dapat mengurangi kecelakaan fatal di jalan sampai 30 persen.
"Jika setiap kendaraan di setiap jalan dikemudikan secara perlahan sekalipun cuma sedikit, kecelakaan mungkin dapat berkurang --dan tentu saja kematian serta cedera serius juga bisa berkurang," kata Shin Young-soo, Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat.
WHO menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran mengenai bahaya ngebut. Setiap dua tahun, WHO menyelenggarakan United Nations Global Road Safety Week untuk melihat skala cedera lalu lintas darat dan kebutuhan mendesak guna meningkatkan tindakan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas.
Tahun ini, tema yang diangkat untuk UN Global Road Safety Week 2017, yang akan diselenggarakan 8-14 Mei di Sydney, Australia, adalah usaha menjaga keselamatan di jalan buat pejalan kaki dan pengguna lainnya.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017