Pekanbaru (ANTARA News) - Puluhan keluarga tahanan yang kini menjalani proses hukum di rumah tahanan (Rutan) Klas IIB Sialang Bungkuk, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau menunggu kepastian kondisi keluarga mereka.
Dari pantauan Antara di Rutan Sialang Bungkuk, Sabtu pagi, mayoritas keluarga tahanan menunggu di luar pagar gedung tahanan. Beberapa dari mereka bahkan ada yang telah menunggu sejak Jumat kemarin (5/6) pasca peristiwa bentrokan hingga mengakibatkan 200-300 tahanan kabur.
"Saya dari Pangkalan Kerinci, sampai sekarang belum ada kejelasan dari petugas Rutan keberadaan suami saya," kata salah seorang anggota keluarga yang tidak bersedia menyebutkan namanya.
Ibu muda berusia 30 tahun itu mendatangi Rutan Sialang Bungkuk bersama sejumlah keluarga besarnya.
Dia yang berasal dari Pangkalan Kerinci, Pelalawan atau berjarak 40 kilometer dari Pekanbaru itu mengaku terus berusaha mencari tahu keberadaan dan kondisi suaminya. Namun, sejumlah petugas yang ditemui tidak memberikan jawaban sesuai harapannya.
Sesaat kemudian, kegaduhan timbul di sisi lain luar pagar gedung Rutan Sialang Bungkuk. Seorang ibu paruh baya berteriak kepada petugas Rutan Sialang Bungkuk untuk memastikan kondisi keluarganya yang kini ditahan dalam kasus pidana umum.
Dia juga berteriak kepada petugas terkait perlakun petugas Rutan yang ia anggap tidak manusiawi dalam memperlakukan keluarganya.
"Aku diminta bayar Rp5 juta kalau mau suamiku dipindah ke kamar layak. Kalau tidak bayar, suamiku tinggal dengan puluhan orang. Seperti ikan rebus dibuatnya. Tidur pun harus berdiri," teriak ibu berlogat bahasa Batak yang enggan menyebutkan namanya tersebut.
Selain itu, dia juga mengatakan petugas Rutan kerap memintai uang setiap pekan sebesar Rp10 ribu dengan dalih uang air.
"Orang ditahan di sini untuk dibina, bukan dibinasakan," ujarnya lagi.
Dugaan tindakan tidak manusiawi serta adanya adanya pungutan liar disinyalir menjadi pemicu bentrokan tahanan dengan petugas Rutan Sialang Bungkuk hingga berujung pada kaburnya ratusan tahanan.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Riau mengaku tidak tahu tentang adanya keluhan tahanan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Sialang Bungkuk tersebut.
"Saya tak dengar, setelah kejadian ini baru saya tahu. Saya tidak dapat keluhan itu dan sekarang baru terang benderang," kata Kepala Kanwil Kemenkumham Riau Ferdinand Siagian, Jumat malam.
Selain dugaan tindakan tidak manusiawi dan dugaan pungli, peristiwa itu juga diduga kuat akibat kapasitas Rutan yang dipaksa diisi lebih 1.800 tahanan dari kapasitas awal hanya 561.
"Tadi sudah negosiasi, katanya mereka diperlakukan tidak manusiawi. Harapan saya supaya diakomodir tuntutan mereka yang masuk akal. (Kemudian) kalau pindah blok jangan ada kutipan (pungutan liar)," kata Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain saat mengunjungi Rutan, Jumat malam.
Ia menegaskan Polisi siap membantu menyelesaikan permasalahan ini. Untuk itu, dia meminta keterbukaan informasi dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau, yang hingga kini masih minim informasi ke awak media.
Hingga pagi ini, informasi yang dirangkum sebanyak 195 tahanan telah berhasil ditangkap kembali. Mayoritas mereka ditangkap di Pekanbaru, namun beberapa diantaranya turut ditemukan di Pelalawan, Siak, Kampar hingga perbatasan Sumbar.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017