Kediri (ANTARA News) - Pengasuh PP Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus menegaskan dakwah yang dilakukan dengan sistem radikal justru bisa membahayakan negara serta jauh dari ajaran Islam.
"Dakwah dengan sistem radikal ini membahayakan sistem negara kita yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, serta NKRI. Jangan sampai ekstrem di agamamu," katanya dalam acara Semifinal Jatim Zona I "Musabaqoh kitab kuning" di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Jumat sore.
Ia mengatakan, berjuang seharusnya dengan dasar lemah lembut, sebab Islam adalah agama "Rahmatan lil alamin" yang artinya agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta.
Ia mengaku prihatin dengan maraknya beragam kelompok radikal. Namun, ia mengakui setiap agama pasti ada kelompok radikal, termasuk yang nasionalis pun ada kelompok radikal, hingga komunis pun ada kelompok radikal.
Ia meminta agar masyarakat menjauhi dakwah yang ekstrem, suka mengkafirkan orang lain, sebab dakwah seperti itu justru menyebabkan bahaya bagi kehidupan bernegara.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Hanif Dhakiri yang juga hadir dalam acara itu menambahkan sangat mendukung dengan beragam program dakwah yang digelar di pondok pesantren, salah satunya "Musabaqoh kitab kuning" tersebut.
Ia menyebut, dengan belajar kitab kuning berarti belajar agama dari sumber yang otentik bukan dari terjemahan. Selain itu, dengan belajar kitab kuning, berarti pasti ada guru yang mengajarkan. Pun termasuk guru yang mengajar pun tentunya sudah mendapatkan "Ijazah", sehingga secara keilmuan tidak diragukan lagi.
Ia mengritik masyarakat yang belajar tidak lewat guru, hanya memakai terjemahan, bahkan mencari arti kitab lewat sistem pencarian daring Google. Dengan hal itu tentunya bisa menyebabkan salah penafsiran.
"Kita wajib merawat tradisi. Adalah soal pemikiran, mengaji kitab kuning, karena bisa belajar pemikiran yang ditulis dan diajarkan para guru kita," kata pria yang juga pernah menjadi santri itu.
Di tradisi organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama, kata dia, sangat diajarkan untuk belajar kitab kuning. Bahkan, yang paling khas misalnya cara berpikir lateral, atau agak aneh tapi bisa memberikan solusi. Selain itu, di NU juga selalu diajarkan dakwah dengan santun, dengan pendekatan akhlak. Dengan ilmu juga untuk membangun adab.
"Soal gerakan selain tradisi kultur pemikiran, NU juga mengajarkan untuk kemaslahatan umat. Dalam konteks gerakan ini, yang kami dorong santri harus jadi aktif," katanya berharap.
Dalam acara itu, dihadiri sejumlah tamu undangan, yang terdiri dari Pengasuh PP Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus, perwakilan Pemkot Kediri, serta sejumlah tamu undangan lainnya.
Di kegiatan itu, sekaligus pengumuman pemenang lomba "Musabaqoh kitab kuning" di Jatim Zona I. Selanjutnya, pemenang akan bersiap bertanding hingga tingkat nasional.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko dan Asmaul Chusna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017