"Perseroan bekerja untuk mengatasi kondisi air di kebun akibat cuaca ekstrim El-Nino tahun lalu, untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet," kata Direktur & Investor Relations UNSP Andi W Setianto dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat.
Dikatakan, sesuai siklus tahunan, peningkatan produksi sawit mulai terlihat di kuartal 3-2016 dan penurunan produksi sawit inti Perseroan sepanjang 2016 akibat El-Nino sesuai rata-rata nasional 10 persen. "Gross Profit Margin" disepanjang 2016 membaik ke 30,4 persen dari 25,6 persen di 2015.
Optimalisasi produktivitas pabrik juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka.
Perseroan melakukan serangkaian program revitalisasi perkebunan dan fasilitas produksi untuk menjaga produktivitas kebun inti sawit dan karet, di tengah diskon harga jual minyak kelapa sawit mentah (CPO) domestik akibat kebijakan CPO Fund Pemerintah memungut 50 dolar AS per ton CPO untuk subsidi program biodiesel nasional, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrim udara kering dan kurangnya curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
Menurut Andi, harga komoditas sawit utama yaitu CPO membaik dari level bulanan terendah 530 dolar AS per ton FOB Malaysia di Januari ke level tertinggi 710 dolar AS per ton di Desember 2016.
Andi menyebut kondisi El-Nino ditahun 2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya ekspor pasokan sawit dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO di semester kedua 2016.
Disisi lain, kebijakan pungutan CPO Fund 50 dolar AS per ton untuk subsidi program biodiesel nasional menyebabkan diskon harga CPO domestik yang diterima Perseroan dan petani dari menjual CPO dan FFB (Fresh Fruit Bunch) di pasar lokal.
Pajak Ekspor CPO yang kembali dipungut Pemerintah Oktober-November 2016 lalu, juga menambah diskon harga jual CPO dan FFB domestik yang diterima perseroan dan petani.
Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan, diantaranya kebijakan tanpa membakar dalam melakukan kegiatan perkebunan. "Perseroan juga mendukung dan berpartisipasi mengikuti program Tax Amnesty," paparnya.
Perseroan juga telah melakukan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Saat ini dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektar, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun, dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program penanaman pohon kembali.
Produktivitas bibit unggul Perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektar dan ekstraksi CPO nya 23 persen, atau sekitar delapan ton CPO per hektar per tahun, sesuai hasil lapangan bibit unggul Perseroan yang sudah disertifikasi.
Dengan bibit unggul, luas lahan kebun tidak perlu bertambah menghasilkan produksi CPO berlipat ganda meningkatkan lagi produksi biodiesel untuk ketahanan energi nasional.
Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertanaman sawit nasional kurang lebih lima juta hektar adalah kunci produktivitas berkelanjutan sawit sebagai komoditas strategis nasional.
(T.A025/S027)
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017