Pekanbaru (ANTARA News) - Kriminolog Universitas Islam Riau, DR Syahrul Akmal Latif, menilai bahwa rumah tahanan yang sudah kelebihan kapasitas merupakan salah satu pemicu kaburnya para tahanan di Rutan Klas II B Sialang Bungkuk, Kota Pekanbaru, Riau.
"Kondisi overload baik di Rutan maupun Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) di Provinsi Riau ini luar biasa. Sementara fasilitas dari Kanwil Kemenkumham sangat minim. Inilah pemicunya," kata Syahrul kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Kelebihan kapasitas dan minimnya dukungan sumber daya manusia (SDM) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemenkumham) Riau, menurut Syahrul merupakan bom waktu.
Kondisi tersebut menyebabkan gesekan-gesekan hingga dalam waktu tertentu akan menimbulkan kerusuhan, hingga berujung kaburnya tahanan. Seperti yang terjadi di Rutan Klas IIB Pekanbaru, Jumat siang tadi.
Dilaporkan lebih dari 300 tahanan Rutan Klas IIB, yang dikenal sebagai Rutan Sialang Bungkuk, kabur tepat saat shalat Jumat. Tahanan yang masih dalam proses persidangan itu kabur usai terjadi bentrokan di dalam Rutan.
Syahrul menilai kejadian itu merupakan akibat dari kondisi yang terjadi di Lapas dan Rutan saat ini. Dia mengatakan kejadian ini harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah.
Terlebih lagi, mayoritas tahanan yang kabur merupakan tahanan kasus kejahatan umum atau "conventional crime", terutama narkoba. Saat ini, Syahrul mengatakan lebih dari 50 persen penghuni Rutan dan Lapas di Riau merupakan tahanan kasus narkoba. Tahanan tersebut yang menjadi salah satu pemicu penyebab kelebihan kapasitas, jelasnya.
"Dari dulu Pemerintah Riau terus berupaya membangun Rutan khusus kasus narkoba, namun belum ada respon positif dari Pusat. Sehingga tahanan narkoba digabungkan dengan tahanan umum. Ini yang seharusnya di evaluasi," ujarnya.
Lebih jauh, dia juga menyoroti sistem keamanan di Lapas dan Rutan, yang menurutnya menyebabkan kesenjangan sosial antar tahanan. Ia mencontohkan antara tahanan tindak pidana korupsi dan pidana umum mendapat perlakuan berbeda.
Hal itu menyebabkan kondisi psikologis tahanan menjadi tertekan. Terlebih lagi di Rutan Klas II B, mayoritas merupakan tahanan titipan yang kini masih menjalani proses persidangan.
"Ini mengakibatkan mereka menjadi stress. Tidak bisa berfikir secara jernih. Terlebih lagi mereka baru berpisah dengan keluarga dan mungkin anaknya. Kondisi ini sangat memprihatinkan," urainya.
Dia berharap pemerintah harus mengevaluasi perisitiwa ini dan mengambil langkah serius guna menghindari kejadian serupa. Selain itu, dia juga berharap aparat TNI dan Polisi yang kini menyebar mencari para tahanan dapat segera menangkap sehingga masyarakat tidak lagi merasa diteror.
Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017