Jayapura (ANTARA News) - Mantan lifter nasional Lisa Rumbewas secara sukarela menyerahkan kedua medali perak Olimpiade yang telah diraihnya sebagai koleksi untuk dipajang di Museum Olahraga Nasional Komplek Gelora Bung Karno Jakarta.
Kedua medali perak yang diraih di Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004 itu secara resmi diserahkan kepada Riyanto dan Basuki Lasmono, staf Museum Olahraga Nasional yang sengaja datang dari Jakarta ke kediaman Lisa di Jayapura, Kamis.
Selain medali dari prestasi tertinggi yang dicapai sepanjang karirnya itu, juga diserahkan sepasang sepatu dan dua stel seragam kontingen di Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004.
"Demi generasi muda dan dunia olahraga, saya ikhlas menyerahkan medali terbaik ini agar semua orang bisa melihat dan merasakan perjuangan atlet yang telah mengharumkan bangsa di event dunia," kata Lisa.
Tapi Lisa yang sekarang berprofesi sebagai pegawai Dinas Pendidikan Pemda Papua itu sempat ragu-ragu untuk menyerahkan medali perak Olimpiade itu karena mengira akan menjadi milik museum dan tidak lagi menjadi miliknya.
"Medali atau koleksi apa pun yang diserahkan tetap akan menjadi milik yang bersangkutan selamanya dan hanya dititipkan atau berpindah tempat saja," kata Basuki yang mencoba menghapus keraguan dan kekhawatiran Lisa mengenai status medali miliknya itu di kemudian hari.
Ida Korwa, sang ibu yang selalu setia mendampingi Lisa ke setiap kejuaraan yang diikutinya, juga berusaha meyakinkan anaknya agar tidak perlu takut untuk melepaskan kedua medali kebanggaan mereka itu.
Sang ayah Levi Rumbewas yang tidak lain adalah mantan binaragawan nasional, juga mencoba memberikan pemahaman kepada Lisa.
"Kalau medali-medali itu hanya disimpan di lemari, tidak ada orang yang tahu. Tapi kalau disimpan dan dirawat di museum, semua orang dan generasi yang akan datang bisa melihat sejarah perjuangan atlet di berbagai event olahraga," kata Levi.
Levi yang pernah menjadi binaragawan terbaik nasional itu juga ikut menyerahkan tropi juara Asia dan medali SEA Games pada 1980-an yang diraih pada masa jayanya.
Karena melihat masih adanya keraguan dan perasaan sedih harus berpisah dengan medali kebanggaannya, Ida yang juga mantan lifter itu mengajak Lisa ke ruangan dapur untuk berbicara empat mata.
Mereka tampak saling berpelukan sambil menangis.
"Pasti berat untuk melepaskan dan berpisah dengan sesuatu yang membanggakan dan didapatkan dengan susah payah. Tapi ini demi bangsa dan dunia olahraga, agar hasil perjuangan bisa disaksikan generasi yang akan datang," Ida sambil menahan air mata.
Secara perlahan, keraguan Lisa pun mulai menghilang dan kemudian bersedia menandatangani berita acara penyerahan medali dan perlengkapan olahraga sebagai koleksi museum olahraga nasional.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah, Kepala Museum Olahraga Nasional Herman Chaniago mengatakan bahwa pihaknya saat ini berusaha mengumpulkan berbagai bentuk barang, mulai dari medali sampai perlengkapan olahraga milik atlet berprestasi untuk dipajang sebagai koleksi museum.
"Saat ini Stadion Utama Bung Karno sedang direnovasi dan akan dilengkapi dengan museum seluas 4000m persegi. Diharapkan museum tersebut selesai saat berlangsungnya Asian Games 2018 mendatang," kata Herman.
Seperti halnya di negara maju bidang olahraganya, Herman juga berharap agar Museum Olahraga Nasional akan menjadi daya tarik yang baru di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017