Jakarta (ANTARA News) - Industri manufaktur nasional dinilai semakin menggeliat karena mampu berkontribusi sebesar seperempat bagian dari Produk Domestik Bruto (PDB), demikian data International Yearbook of Industrial Statistics 2016 menyebutkan.
“Disebutkan pula bahwa Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan positif, bahkan pada saat krisis finansial global yaitu ketika kondisi ekonomi kebanyakan negara-negara maju mengalami penurunan," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangan pers di Jakarta, Kamis.
Sehingga, lanjutnya, Indonesia berhasil mencapai ranking 10 besar negara industri manufaktur di dunia atau top ten manufacturers of the world,†paparnya.
Sementara itu, merujuk data Nikkei Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis IHS Markit, indeks manufaktur Indonesia naik ke level 51,2 pada April, dari level 50,5 pada Maret 2017. Ini menunjuukan ekspansi industri manufaktur di Tanah Air terus berlanjut. Kondisi ini semakin mengonfirmasi bahwa perekonomian nasional bergerak naik.
Pada Februari, indeks manufaktur sempat menyentuh level 49,3. Pergerakan indeks di atas 50,0 menunjukkan adanya geliat ekspansi sektor manufaktur, sedanggkan di bawah 50,0 mengindikasikan terjadi kontraksi atau penurunan output di sektor tersebut.
Di sisi lain, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), industri manufaktur mulai menggeliat pada kuartal I-2017, dengan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang sekitar 4,33 persen dibanding pertumbuhan dari kuartal sebelumnya yang mencapai 2,1 persen. Untuk industri bahan kimia tercatat paling tinggi pertumbuhannya sebesar 9,59 persen secara tahunan. Pertumbuhan industri makanan yang sebesar 8,2 persen berada di tempat kedua.
Pertumbuhan juga dialami industri manufaktur mikro dan kecil yang mencapai 6,63 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut juga di atas kuartal sebelumnya yang sebesar 4,88 persen. Peningkatan tertinggi terjadi di sektor industri komputer, bahan elektronik, dan optik yang naik 41,11 persen Industri mesin dan perlengkapan juga meningkat 15,24 persen dibandingkan dengan kuartal I-2016.
Sebelumnya, Airlangga mengaku optimistis, industri pengolahan non-migas diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2-5,4 persen dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1-5,4 persen pada tahun 2017.
Hal tersebut seiring dengan komitmen pemerintah menciptakan iklim investasi industri yang kondusif serta kemudahan berusaha melalui deregulasi dan paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan. “Terutama dengan adanya penurunan harga gas industri dan harga komoditas mulai bangkit,†tuturnya.
Airlangga menambahkan, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap total PDB pada tahun 2016 sebesar 20,51 persen, yang terdiri dari industri pengolahan non-migas sebesar 18,20 persen dan industri pengolahan batubara dan pengilangan migas sebesar 2,31 persen.
“Nilai tambah yang diciptakan sektor industri tidak hanya berasal dari proses produksi, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas jasa yang terkait sampai dengan produk tersebut sampai kepada konsumen,†paparnya. Untuk itu, kontribusi sektor industri termasuk seluruh jasa-jasa terkait mencapai 31,3 persen pada tahun 2016.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017