Yogyakarta (ANTARA News) - Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) saat ini masih dalam evaluasi dan finalisasi opsi (pilihan) untuk perbaikan dan perubahan IPDN akan ditentukan pekan ini, kata anggota tim evaluasi IPDN Dr Arief Rachman di Yogyakarta, Senin. Seusai menjadi pembicara pada seminar `Pendidikan untuk Semua` di Yogyakarta, ia mengatakan, tim saat ini masih mengevaluasi penyusunan naskah temuan tim evaluasi, tetapi belum selesai. Kata dia, mulai Senin (14/5) malam sampai Selasa (15/5) malam pekan ini ada finalisasi opsi untuk perbaikan dan perubahan di IPDN. "Opsi apa saja dan pilihan mana saja yang bisa diubah dan diperbaiki di IPDN, akan segera ditentukan," katanya. Menurut Arief, yang menggembirakan adalah semua pihak termasuk IPDN sendiri melihat harus ada perubahan dan perbaikan di lembaga pendidikan itu. "Yang baik dipertahankan, dan yang buruk diubah serta diperbaiki," kata dia. Namun dirinya belum bisa menyampaikan opsi apa saja yang akan dipilih oleh tim evalusai, karena saat ini evaluasi belum final. "Opsi yang dipilih nanti terlebih dulu dilaporkan kepada Presiden Yudhoyono, kemudian presiden akan berbicara dengan sejumlah pihak, baru kemudian ditetapkan opsi yang akan dipakai," katanya. Ketika ditanya di antara sejumlah opsi tersebut apakah ada opsi untuk menutup IPDN, ia mengatakan, dirinya belum tahu, karena sampai sekarang masih dalam proses finalisasi opsi. "Kami baru sampai pada proses mana yang harus diubah, seperti tradisi pemukulan harus dihilangkan, dan kegiatan belajar-mengajar harus demokratis," kata dia. Ia mengatakan, di IPDN memang ditemukan sejumlah kesalahan, antara lain tradisi pemukulan, dan proses belajar-mengajar terlalu monolog, kurang dialog. Menurut dia, hal tersebut sebenarnya juga terjadi di lembaga pendidikan yang lain, tetapi bedanya di IPDN ditemukan kekerasan fisik yang melampaui batas. Namun ia mengakui di lembaga pendidikan lain mungkin juga ada kekerasan fisik, tetapi belum terungkap. "Insya Allah ini awal perbaikan bagi semua lembaga pendidikan di Indonesia, dan tidak hanya IPDN," katanya. Ketika ditanya apakah setuju apabila IPDN ditutup, Arief Rachman mengatakan, secara pribadi tidak setuju, karena menurut dia saat ini dan mendatang masih dibutuhkan lembaga pendidikan yang mendidik calon camat atau birokrat. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007