Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menjalin kerja sama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam sosialisasi Revolusi Mental dan tertuang dalam sebuah nota kesepahaman yang ditandatangani di Jakarta, Rabu.
"Ini adalah tindak lanjut pemerintah untuk kerja sama dengan NU soal Revolusi Mental dan Islam Nusantara yang juga sinergi dengan NKRI," kata Menko PMK Puan Maharani di Gedung PBNU.
Dia mengatakan kerja sama dua pihak itu agar dapat memperluas dampak program pemerintah yaitu Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Revolusi Mental, kata dia, salah satunya fokus untuk membangun karakter bangsa yang semakin menuju ke cita-cita persatuan dalam bingkai NKRI. Semangat NKRI harus terus didorong dan dipromosikan ke berbagai lapisan masyarakat.
Nahdlatul Ulama, lanjut dia, merupakan salah satu mitra pemerintah yang strategis karena memiliki massa yang besar sehingga dapat menyebarkan program Revolusi Mental. NU juga memiliki visi Islam Nusantara yang mempromosikan agama damai dan turut mengembangkan budaya lokal.
Salah satu organisasi massa terbesar Indonesia itu, kata dia, juga memiliki basis massa pesantren yang strategis di tengah masyarakat. Lewat pesantren diharapkan Revolusi Mental dapat disosialisasikan dengan baik.
"Sinergi pemerintah dengan NU dapat memberi sinergi pendidikan umum dan agama. Terdapat sekitar 22 ribu pesantren yang terasosiasi dengan NU di seluruh Indonesia maka pemerintah harus hadir di pesantren dengan berbagai programnya," kata dia.
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mengatakan kerja sama pemerintah dengan NU merupakan langkah yang baik. Persatuan bangsa harus diutamakan di tengah masyarakat yang plural. Jangan sampai masyarakat plural di Indonesia hancur seperti dunia Timur Tengah karena karakternya mengalami terpaan ke arah negatif akibat gejolak dan globalisasi.
"MoU ini merupakan kesepakatan yang harus dibangun dengan sosialisasikan dalam membangun karakter manusia. Ini yang paling penting. Manusia Muslim di Timur Tengah sudah hancur karakter, budayanya dan martabatnya saat memasuki era globalisasi dengan adanya Arab Spring," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017