Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.288, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.305 per dolar AS.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS melemah karena serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang kurang menggembirakan sehingga bank sentral AS (The Fed) berpotensi menahan level suku bunganya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Data ekonomi AS yang cenderung lemah mengganggu ekspektasi kenaikan suku bunga Fed sehingga menahan laju dolar AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih meragukan kemampuan Presiden AS Donald Trump untuk melaksanakan proposal belanja fiskalnya, situasi itu juga turut mempengaruhi pergerkan dolar AS.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa walaupun pasar memperkirakan The Fed mempertahankan suku bunga acuannya, investor akan menganalisis hasil FOMC pekan ini untuk mencari isyarat potensi kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa dolar AS yang cenderung melemah itu menjadi pendorong rupiah dibandingkan sentimen domestik yang justru sedang diliputi ekspektasi kenaikan inflasi serta ketidakpastian pengumuman peringkat utang oleh Standard & Poors (S&P).
"Ruang penguatan rupiah masih tersedia di tengah pergerakan dolar AS yang terus tertekan di pasar global," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.297 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 2/5) Rp13.316 per dolar AS.
(T.KR-ZMF/T007)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017