Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak naik 13 poin menjadi Rp13.292 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa dolar AS kembali mendapat tekanan dari data ekonomi Amerika Serikat yang belum sesuai harapan serta estimasi pasar bahwa bank sentral AS (The Fed) belum akan menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan ini.

"Harapan bahwa The Fed belum akan menaikkan suku bunga menekan dolar AS," katanya.

Ia menambahkan data tingkat pertambahan tenaga kerja ADP AS yang diperkirakan melambat juga turut menjadi salah satu faktor yang menahan laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia.

Menurut dia, dolar AS yang cenderung melemah itu menjadi pendorong lebih besar bagi penguatan rupiah ketimbang sentimen domestik yang justru sedang diliputi ekspektasi kenaikan inflasi serta ketidakpastian pengumuman peringkat utang dari Standard & Poors (S&P).

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan nilai tukar rupiah yang menguat juga seiring dengan harapan perbaikan ekonomi dalam negeri pada tahun 2017.

"Data ekonomi domestik yang telah dirilis direspons positif pelaku pasar uang, situasi itu menjadi momentum bagi rupiah membuka peluang kenaikan," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2017 terjadi inflasi 0,09 persen sehingga inflasi tahun kalender Januari-April 2017 mencapai 1,28 persen dan inflasi secara tahunan (year on year) sebesar 4,17 persen.

Reza menambahkan optimisme pemerintah bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya menjaga rupiah untuk jangka panjang.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017