Dalam studi itu para peneliti dari University College London (UCL), London Metropolitan University dan Universitas Nottingham menganalisis data 10.055 orang yang tak mengalami demensia pada rentang waktu 2002-2003.
Hasil penelitian menunjukkan, sedikit saja dukungan sosial positif diterima seseorang (penambahan satu poin dukungan positif) maka risikonya terkena demensia turun hingga 17 persen. Dukungan ini ditandai sejumlah hal semisal memiliki hubungan yang dapat diandalkan, dipahami pasangan atau dekat dengan anggota keluarga.
Sebaliknya, sedikit aja masalah dalam hubungan (peningkatan satu poin dukungan negatif) seperti memiliki pasangan yang menyebalkan atau tak memiliki kedekatan dengan keluarga, meningkatkan risiko seseorang terkena demensia hingga 31 persen.
"Memiliki hubungan misalnya bersama pasangan misalnya dalam pernikahan, memiliki anak berhubungan dengan penurunan risiko penurunan kognitif dan bekembangnya demensia," ujar Dr Mizanur Khondoker, seorang dosen senior statistik medis di UAE's Norwich Medical School.
Kendati begitu, memiliki hubungan yang buruk justru menjadi sumber stres dan berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang terutama yang telah dewasa.
"Bukan hanya jumlah koneksi sosial, tapi juga kualitas koneksi tersebut mungkin merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesehatan kognitif pada orang tua," kata dia.
Sementara itu, Prof Andrew Steptoe dari UCL mengatakan temuan ini memperkuat pendapat bahwa membantu memperkuat hubungan sosial pada orang-orang tua merupakan hal penting. Demikian seperti dilansir eurekalert.org.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017