Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore bergerak menguat sebesar 21 poin menjadi Rp13.308, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.329 per dolar AS.

Kepala riset Monex investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa mengatakan, dolar AS mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang dunia menyusul proyeksi pasar terhadap bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.

"Proyeksi itu seiring dengan data ekonomi AS yang telah dirilis dinilai kurang mendukung," katanya.

Ia mengemukakan bahwa sejumlah ekonom memprediksi, peluang kenaikan suku bunga AS akan terjadi pada pertemuan FOMC berikutnya yakni pada Juni mendatang.

"Jika proses kebijakan pemotongan pajak pemerintah Presiden AS Donald Trump dijadikan undang-undang maka menjadi peluang besar untuk kenaikan suku bunga AS selanjutnya dan membuka peluang dolar AS masuk dalam tren penguatan," katanya.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan bahwa apresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS juga tidak lepas dari sentimen dari dalam negeri, salah satunya inflasi yang relatif masih terjaga.

"Target inflasi pemerintah berada di kisaran 4 plus minus 1 persen," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2017 mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2017 telah mencapai 1,28 persen dan inflasi secara tahunan (year on year) sebesar 4,17 persen.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.316 dibandingkan hari sebelumnya (Jumat, 28/4) Rp13.327 per dolar AS.

(T.KR-ZMF/J003)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017