"Serapan tenaga kerja, kita punya model baru. Misalnya di industri makanan dan minuman yang menggunakan Industri 4.0 untuk bakunya, misalnya untuk produksi cokelat, gula, biskuit. Sementara pengemasannya dilakukan tenaga manusia," kata Airlangga di Jakarta, Selasa.
Menurutnya, Industri 4.0 juga akan menambah lapangan kerja yang memerlukan keterampilan khusus. Hal tersebut adalah peluang dari penerapan model bisnis disruptive & distributed manufacturing.
“Spesialisasi industri baru sebagai hasil pemekaran dari industri induk akan bermunculan dan membutuhkan tenaga kerja terampil dengan kemampuan lebih spesifik dan tingkat upah yang lebih baik,†jelasnya.
Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno mengatakan, dengan Industri 4.0, tenaga kerja dibidang manufaktur atau produksi memang akan berkurang, namun telah disepakati bahwa manufaktur bukan hanya meliputi proses produksi, namun dimulai dari persiapan bahan baku hingga produk tersebut didaur ulang.
"Kalau di manufacturing memang akan mengurangi pekerja manual. Tapi kita kan sudah sepakati bahwa produksi itu tidak hanya manufaktur. Artinya, dari proses material sampai ke akhir. Di tersier ini kan yang paling besar butuh naker," ungkap Benny.
Dengan demikian, Benny menyampaikan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran untuk penyerapan tenaga kerja dalam implementasi Industri 4.0.
"Tidak, justru menimbulkan peluang entreprenuer baru. misalnya services pembayaran, kan baru itu," pungkasnya.
Baca juga: (Menteri perindustrian bantah sistem industry 4.0 kurangi jumlah tenaga kerja)
Baca juga: (Kemenperin gelar pelatihan Industri 4.0)
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017