Jakarta (ANTARA News) - Paviliun Indonesia bersama sejumlah gerai permanen dari 21 negara lainnya menempati bangunan di kawasan Food City, Moskow.
Paviliun Indonesia tersebut menjadi jendela, tidak hanya bagi masyarakat Rusia tapi juga negara lain, untuk mengenal produk-produk Nusantara.
(Baca: Kejar ekspor buah ke negeri beruang merah (1))
Berawal dari pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi 18 Mei tahun lalu, kedua negara sepakat meningkatkan hubungan di berbagai bidang, termasuk ekonomi.
Mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel yang Agustus tahun lalu berkunjung ke Rusia melihat hal itu bisa dijadikan momentum peningkatan ekspor Indonesia ke Rusia.
Apalagi kemudian ia mendapat informasi dari Dubes RI untuk Rusia M Wahid Supriyadi, ada proyek Food City yang dikembangkan EUB untuk swasta saling kontak bisnis guna menjajaki dan memasuki pasar Rusia dan negara sekitarnya.
Dubes RI untuk Rusia M Wahid Supriyadi (tengah) berbincang dengan pengusaha dan mantan mendag Rachmat Gobel (kanan) dan Atase Perdagangan Heryono Hadi Prasetyo (kiri). (ANTARANews /Risbiani Fardaniah)
Sebagai pengusaha nasional ia melihat peluang ekspor yang besar untuk produk pangan, pertanian dan perikanan di Rusia. Maka ia pun menggalang sejumlah perusahaan nasional untuk menjajal pasar produk pangan di negara berpenduduk sekitar 146 juta jiwa itu.
"Saya hanya membantu mewujudkan mimpi Pak Wahid (Dubes) untuk memiliki gerai permanen di sini," ujar Rachmat yang khusus datang pada peresmian Paviliun Indonesia di kawasan Food City, Moskow, pekan lalu (22/4).
Dubes RI untuk Rusia, M Wahid Supriyadi, yang meresmikan Paviliun Indonesia, menilai gerai tersebut akan menjadi sarana promosi yang efektif untuk berbagai produk pangan Indonesia, terutama buah-buahan dan sayuran segar.
"Buah dan sayuran di sini barang eksotis dan mahal sekali," ujarnya. Ia mencontohkan harga sebutir mangga di Moskow bisa mencapai Rp160 ribu sampai Rp180 ribu per butir atau sekitar 300-350 rubel.
(ANTARA News/Risbiani Fardaniah)
Wahid optimistis Indonesia bisa bergabung dengan negara lain seperti Vietnam dan Thailand, untuk memenuhi kebutuhan buah dan sayuran masyarakat Rusia yang sebelum konflik Ukraina, banyak dipenuhi komoditas impor Uni Eropa.
"Apalagi bulan Agustus 2017, Garuda Indonesia berencana membuka penerbangan langsung ke Rusia, sehingga buah dan sayuran segar bisa diekspor lebih cepat," kata Wahid.
Potensi buah dan sayuran segar masuk pasar Rusia juga diungkapkan Direktur Eksekutif Eurasian Business Union Shubin Sergey. "Indonesia memiliki buah-buahan yang eksotis, peluangnya besar di sini," ujarnya.
Selama ini berdasarkan KBRI di Moskow, ekspor komoditas Indonesia ke Rusia masih didominasi minyak kelapa sawit, kopi, dan teh.
Tahun lalu total ekspor Indonesia ke Rusia naik menjadi 2,2 miliar dolar AS dibandingkan tahun 2015 sebesar 1,5 miliar dolar AS. Neraca perdagangan kedua negara juga terus meningkat dari 1,96 miliar dolar AS tahun 2015 menjadi 2,61 miliar dolar tahun lalu.
Dengan demikian nampaknya peningkatan ekspor Indonesia masih sangat terbuka, selama keragaman jenis komoditas ekspor terus diperbanyak, terutama yang dibutuhkan Rusia, seperti produk pangan, pertanian, termasuk sayur dan buah, serta produk perikanan.
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017