Jakarta (ANTARA News) - Kemajuan teknologi yang kian pesat memungkinkan teroris menggunakan senjata pemusnah massal seperti nuklir, senjata biologi, dan kimia (nubika) dalam melalukan aksinya, sementara peralatan untuk mengantisipasi serangan senjata sejenis itu yang dipunyai Indonesia hingga kini masih minim.
"Sebagian besar peralatan masih didatangkan dari luar negeri, seperti masker, sarung tangan dan alat-alat lain yang diperlukan untuk deteksi, proteksi dan dekontaminasi," kata Komandan Kompi Zeni Nubika Eddy Oswantoro ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ditemui di sela-sela penandatanganan bantuan peralatan anti teror nuklir, kimia dan biologi (nubika) dari Pemerintah Kanada kepada Indonesia, ia mengatakan, sejumlah peralatan secara kualitas sudah mampu untuk mendeteksi hingga melakukan dekontaminasi.
Namun, dari segi jumlah belum memadai untuk mendukung tugas-tugas Kompi Nubika dalam mendeteksi dan menangani ancaman anti teror dengan menggunakan senjata pemusnah massal, kata Eddy.
Tentang peningkatan status Kompi Nubika menjadi Detasemen Nubika, ia mengatakan, kini tengah disusun dan akan segera diajukan kepada Mabes TNI Angkatan Darat agar dapat segera direalisasikan hingga kapabiltas dan kapasitas satuan Nubika ini dapat dimaksimalkan.
"Kami masih susun rancangan dan rencana peningkatan status dari kompi menjadi detasemen. Setelah itu, kami akan presentasikan ke Mabes TNI AD untuk segera direalisasikan hingga satuan anti teror nubika dapat optimal mengemban tugas-tugasnya menangani ancaman teror bersenjata pemusnah massal," kata Eddy.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Ansyaad Mbai mengatakan, meski masih kecil namun potensi ancaman teror bersenjata pemusnah massal di Indonesia tetap harus diwaspadai.
"Hal itu dikarenakan, banyak bahan-bahan kimia, biologi yang ada di Indonesia. Pabrik kimia kita banyak, keragaman hayati kita cukup untuk diberdayakan sebagai senjata. Jadi, meski kini masih kecil potensinya tetap harus diwaspadai," tutur dia.
Duta Besar Kanada untuk Indonesia John Holmes mengatakan, pemberian bantuan tersebut, merupakan tindaklanjut dari pernyataan bersama kedua pemerintahan pada 2004, dalam menangani terorisme.
Selain peralatan, Kanada juga memberikan pelatihan Nubika di Indonesia yang dihadiri lebih dari 200 peserta, terdiri atas pejabat pemerintah, Kepolisian dan TNI.
Sementara itu, Sekretaris Menteri Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan RI Agustadi mengatakan, dengan adanya bantuan peralatan anti terorisme dari Kanada seperti masker, pakaian, sarung tangan dan sepatu boot dengan bahan khusus itu, Indonesia dapat dengan lebih seksama memberantas terorisme yang ditenggarai terus meningkatkan kemampuan dan persenjataannya.
"Saat ini ditenggarai para teroris telah lebih maju dan terus mengembangkan berbagai peralatan canggih Nubika yang memiliki dampak lebih luas dan mematikan dibandingkan alat konvensional," ungkap dia.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007