Jakarta (ANTARA News) - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terdidik dan terlatih yang dibutuhkan di luar negeri bakal semakin meningkat di masa mendatang, bahkan mengalahkan kebutuhan tenaga tak terdidik seperti yang bisa dipenuhi Indonesia selama ini. "Sekarang ini tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan ke luar negeri masih didominasi sektor domestik. Ke depan akan terbalik, tenaga kerja yang terdidik dan terlatih semakin besar porsinya dalam mengisi lowongan kerja di luar negeri," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (Apjati) Husein Alaydrus di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, saat ini total ada 3,7 juta TKI di luar negeri di mana sekitar 600 ribu di antaranya ditempatkan pada 2006 dan 46,4 persen di antaranya adalah tenaga trampil (skilled) dan sangat trampil (high skilled) dengan perolehan penghasilan yang besar. "Itu berarti hampir 1,7 juta TKI kita itu "skilled" (terlatih) dan bekerja secara formal di berbagai sektor seperti kesehatan, minyak dan gas, petrokimia, garmen, elektronik, konstruksi, perhotelan, atau perkebunan. Bukan saja di sektor domestik atau informal seperti PRT (Pembantu Rumah Tangga), " katanya. Tahun 2007, ujarnya, ditargetkan 750 ribu TKI lagi ditempatkan ke berbagai negara di dunia dengan porsi tenaga terdidik dan terlatih yang semakin besar. Negara yang memiliki banyak lowongan untuk tenaga kerja Indonesia baik "skilled" dan "unskilled" adalah Malaysia dan negara-negara di Timur Tengah seperti Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, dan Kuwait. Penempatan TKI juga dilakukan ke negara-negara Asia seperti Hongkong dan Taiwan, Jepang, juga Australia hingga negara-negara Eropa, AS hingga Kanada. Sementara itu, eksekutif STIKes Binawan, praktisi pengirim TKI terdidik dan terlatih ke luar negeri, Sofyan, mencontohkan, di sektor kesehatan saja dunia membutuhkan sekitar dua juta tenaga kerja profesional keperawatan. "Namun paling-paling kita hanya mampu menyediakan 8.000 perawat saja yang telah teregistrasi secara internasional. Belum lagi di sektor-sektor lain yang juga membutuhkan tenaga profesional tetapi kita hanya bisa memenuhi sekian persen saja," katanya. Soal mengapa banyak lowongan bagi tenaga profesional di luar negeri yang tak terisi TKI, menurut dia, tak semua yang mendaftarkan diri sebagai TKI profesional mampu melalui berbagai seleksi yang juga sudah terstandar, tetapi banyak juga yang berkualitas tinggi lebih senang bekerja di tanah air meski penghasilannya kecil.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007