Bogor (ANTARA News) - Setelah melaksanakan sejumlah penelitian, Tim Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) Buah dari Institut Pertanian Bogor (IPB), telah melahirkan sekurangnya empat buah unggul, dan kini masih terus melakukan pengembangan varietas lainnya. Menurut staf peneliti Rusnas Buah IPB, Dr Ir M Sobir di Bogor, Senin, varietas unggul buah dimaksud adalah Manggis (Puspahiang), Nenas (Delika Subang dan Mahkota Bogor), Pepaya (Aruma, Prima dan Wulung Bogor) dan buah Pisang (Bile, Fhia dan Rajabulu). "Para peneliti Rusnas Buah IPB, saat ini juga sedang melakukan penelitian pengembangan varietas untuk olahan seperti seleksi varietas Nenas dengan `bromelain` tinggi, pisang untuk produksi tepung dan pepaya untuk produksi `papain`," katanya. Sedangkan untuk keperluan pengembangan pemuliaan tanaman buah, kata Sobir, IPB juga telah memiliki tiga koleksi kebun plasma nutfah yakni pisang, nenas dan pepaya. Sementara itu, Dr Ir Ratih Dewanti, staf peneliti dari Tim Rusnas Diversifikasi Pangan Pokok menjelaskan, selama ini timnya telah meneliti produk-produk beras, jagung, tiwul instan, "sweet potato flake", dan aneka tepung umbi-umbian. Di samping itu, mie jagung istan, bassang instan, "cassava flake", "cassava fries", dan aneka produk turunan ubi. Produk lain, beberapa olahan sagu dan "scale up" mie jagung instan. Hanya saja, kata dia, pihaknya mengalami kendala dalam pemasaran dan sosialisasi ke masyarakat luas. Salah satu faktor penyebabnya, industri yang telah mengadopsi teknologi tersebut, entah kenapa tidak meneruskan produksi dan pemasarannya. Sedangkan Dr Ir Nuri Andarwulan, peneliti dari Tim Rusnas Industri Kelapa Sawit mengemukakan, kegiatan penelitian yang telah dilakukan mencakup kelompok riset tribologi, surfaktan dan elmulsifier, farmasetikal dan nutrasetikal serta oleofood. Untuk rencana penelitian industri hulu kelapa sawit ke depan, kata dia, antara lain ketahanan tanaman sawit terhadap Ganoderma, penyediaan benih unggul, tanaman sawit benih unggul, tanaman sawit toleran terhadap cekaman kekeringan, dan pemetaan genom sawit. Sedangkan Tim Rusnas sapi perah, Dr Ir Asep Sudarman mengatakan, karena Rusnas itu baru berjalan dua tahun, timnya belum bisa memberikan hasilnya secara sempurna. "Kami sedang melakukan penelitian tahap awal, jadi belum tampak `progress`-nya secara signifikan," katanya. Rektor IPB, Prof Dr Ir Ahmad Ansori Mattjik saat mengevaluasi atas Rusnas di IPB itu berharap masyarakat bisa merasakan manfaat Riset Rusnas yang dikembangkan atas program dari Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek) itu. "Kita bersyukur IPB memperoleh Rusnas terbanyak dari Kementerian Ristek, dan tantangan yang dihadapi, salah satunya adalah bagaimana menyosialisasikan hasil Rusnas IPB tersebut agar bisa dinikmati masyarakat luas," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007