Tak lagi berawal dari bumi, "Guardians of the Galaxy Vol.2" dibuka dengan Peter Quill (Chris Pratt), Gamora (Zoe Saldana), Drax (Dave Bautista), Rocket dan Baby Groot (suara Bradley Cooper dan Vin Diesel) yang bertarung di sebuah tempat di galaksi melawan monster.
Hal ini juga bisa jadi peringatan atau pun pertanda bahwa sekuel ini jauh lebih menantang dibanding film pendahulunya di mana para Guardians harus bertempur kembali demi menyelamatkan seluruh alam semesta dari kehancuran dengan sisipan kisah yang menyentuh dan emosional.
Berlatar musik dari Awesome Mixtape #2, kisah karakter Guardian lebih dinamis. Jika pada film sebelumnya para Guardians berupaya untuk membentuk sebuah keluarga, "Guardians of the Galaxy Vol.2" lebih banyak berbicara tentang bagaimana cara menjadi sebuah keluarga.
Hubungan para karakter juga diceritakan secara lebih mendalam, termasuk kejutan hadirnya ayah Peter Quill, Ego (Kurt Russell).
Jika film pertama banyak menceritakan hubungan Peter dan ibunya, film kedua ini mengisahkan hubungan Peter Quill dengan ayah biologisnya serta sosok lain yang juga dianggap ayah olehnya.
Tidak hanya itu, Gunn juga menguak hubungan persaudaraan Gamora dan Nebula (Karen Gillan) yang penuh dengan perseteruan, bahwa kisah mereka lebih dari sekedar kerumitan hubungan di antara keduanya.
Selain itu, persahabatan di antara para Guardians ditilik lebih mendalam. Drax yang selalu mengartikan segala hal secara harfiah berusaha keras mengurangi kebiasannya tersebut. Drax bahkan diberi porsi yang lumayan banyak untuk mencoba mengocok perut penonton.
Rocket juga kembali dengan sahabatnya, Groot. Groot yang mengorbankan dirinya di film pertama kembali dengan penampilan baru sebagai Baby Groot. Karakter baru Groot itu memberikan reaksi yang berbeda kepada karakter lainnya di mana mereka cenderung melindung Baby Groot, bahkan Gamora menunjukkan sisi keibuannya.
"Guardians of the Galaxy Vol.2" juga menjadi sebuah cerita di mana musuh di masa lalu bisa menjadi sekutu. Para Guardians yang telah menjadi keluarga itu menghadirkan sebuah petualangan dengan beberapa anggota baru.
Sekuel ini membawa film sebelumnya ke sebuah alur yang lebih baik ditambah dengan soundtrack sebagai bagian penting dalam penyampaian cerita. Setiap lagu bagai melekat pada adegan di mana lagu tersebut diputarkan.
Gunn seakan menyadari bahwa cerita para Guardians tidak sekuat film yang juga berlatar galaksi fiksi besutan George Lucas, "Star Wars". Namun, Gunn mengakalinya dengan lagu-lagu latar yang berkelas. Dia berhasil membawa galaksi fiksi yang berada jauh di semesta luar sana, lebih dekat dan terhubung dengan kehidupan penonton.
Lagu bergenre rock n' roll "Mr. Blue Sky" dari Electric Light Orchestra yang dirilis pada 1977 membuka sekuel tersebut sekaligus mengiringi pertempuran para guardians melawan monster bertentakel mirip gurita.
Lagu lain yang menemani pertempuran para Guardians adalah "Fox on the Run" milik The Sweet dalam album "Desolation Boulevard" yang dirilis pada 1974. Ada pula lagu milik superstar George Harrison "My Sweet Lord" (1971) dan lagu milik Fleetwood Mac "The Chain" (1977).
Dalam wawancaranya dengan The Rolling Stone pertengahan bulan ini, Gunn mengaku mendapat budget yang lebih besar pada film kedua ini sehingga memungkinkan dia untuk memasukkan lagu-lagu familiar dalam film arahannya tersebut.
Tak heran, porsi soundtrack lagu dalam "Guardians of the Galaxy Vol.2" lebih banyak dan mewarnai setiap adegan.
Sebagian besar lagu latar yang ada di "Guardians of the Galaxy Vol.2" memang lagu-lagu yang dirilis pada tahun 1970-an. Hal ini dikarenakan kaset Awesome Mix Vol.2 yang merupakan pemberian dari Ibu Peter sebelum meninggal (pada film pertama) adalah kumpulan lagu favorit Ibu Peter saat remaja, dan bahkan saat bertemu dengan Ayah Peter.
Pertemuan Peter dengan sang ayah sendiri menjadi satu scene yang menarik. Selain adu akting antara bintang kawakan Kurt Russell dan Chris Pratt, Gunn menjelaskan hubungan ayah-anak tersebut secara perlahan hingga mencapai klimaks.
Selain hubungan Peter dengan ayah biologisnya, Gunn juga menghadirkan hubungan Peter dengan sosok yang dianggap ayah yang dikemas dalam lagu menyentuh penuh haru karya Cat Stevens, "Father and Son" (1970), dengan penggalan lirik sebagai berikut.
"I was once like you are now And I know that it's not easy To be calm when you've found Something going on..." "And I know that I have to go away I know I have to go"
Tidak hanya lagu-lagu latar yang membuat film lebih hidup dan berwarna, adanya sejumlah karkater baru juga memberi warna tersendiri. Salah satu karakter baru yang sangat lucu adalah gadis bermata bola dengan dua antena yang dibesarkan oleh ayah Peter bernama Mantis (Pom Klementieff).
Karakternya yang polos dan perilakunya yang penuh ragu namun tetap dapat mengimbangi karakter-karakter kuat para Guardians, disisipkan untuk mencairkan suasana.
Karakter lain yang membuat Vol.2 lebih berwarna adalah kehadiran mengejutkan aktor legendaris Sylvester Stallone yang berperan sebagai Stakar Ogord/Starhawk, anggota Ravager yang memiliki sejarah kuat dengan Yondu (Michael Rooker).
Sementara itu, ekskusi aksi pertempuran yang menggunakan efek khusus terasa "sangat komputer", tidak seperti, sebut saja, "Star Wars".
Meski demikian, sikap Gunn terhadap pertempuran dan pertarungan yang ada dalam film dilakukan dengan baik. Gunn membalut kekerasan yang ada dalam film dengan humor santai yang memancing tawa kecil penonton.
Sebagai penulis dan sutradara, Gunn juga berhasil membuat penonton terbahak-bahak dengan lompatan-lompatan lelucon dari karakter satu ke karakter lainnya, sekaligus berhasil menyisipkan perasaan jahat pada waktu yang tepat.
"Guardians of the Galaxy Vol.2" bagai menaiki roller coaster untuk kedua kalinya. Saat menaiki roller coaster untuk pertama kali Anda akan merasa sangat tegang (Vol.1), namun saat menaiki untuk kedua kalinya Anda akan lebih santai dan menikmatinya.
Anda akan lebih dapat menikmati "naik-turun" kisah dan petualangan para Guardians di Vol.2 yang dikemas dengan lagu latar dan lelucon terbaik.
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017