Medan (ANTARA News)- Perilaku suka belanja (shopaholic) yang pada umumnya dialami kaum perempuan terjadi karena tidak bahagia dalam kehidupan rumah tangga, kata psikolog Irna Minauli Msi. Di Medan, Senin, ia mengatakan, penyebab prilaku "shopaholic" ini berasal dari hasrat cemas, gelisah dan perasaan tidak aman. Kondisi itu, menurut dia, membuat penderitanya mencari jalan pintas dengan melakukan sesuatu untuk menutupi apa yang dirasakannya, seperti belanja. Ia mengatakan, "shopaholic" merupakan suatu penyimpangan perilaku yang tergolong sebagai tindakan "compulsive buyer", yakni membeli sesuatu secara terus menerus yang berlandaskan kepada keinginan yang terus menerus dan bukan kepada kebutuhan. Belanja itu merupakan suatu hal yang menyenangkan dan dapat melupakan hal-hal yang sedang dialaminya, katanya. Belanja itu menjadikaan pribadi tertentu sebagai orang yang berkuasa, dengan membelanjakan uang sebagai implementasi untuk mengobati sakit hati atau membalas dendam terhadap suatu hal dalam area kehidupannya, sehingga dapat memuaskan egonya. Penderita "shopaholic" juga dapat dapat dikatakan adalah orang yang tidak bahagia pada dirinya sendiri sehingga kompensasinya ingin membahagiakan diri dengan menikmatinya saat belanja, ujarnya. Banyak orang yang berprilaku "shopaholic", menurut dia, tidak menyadari kalau dirinya sudah memiliki penyimpangan prilaku secara psikologis. Untuk mengetahui apakah perilaku seseorang itu sudah "shopaholic" atau tidak dapat dilihat dari prilaku seseorang yang semakin stres, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007