Manila (ANTARA News) - Presiden RI Joko Widodo menyerukan kepada para pemimpin negara-negara ASEAN untuk terus berupaya menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang relevan sehingga menjadi solusi bagi dunia.
Hal itu dikemukakan untuk menjawab kekhawatiran dan kondisi global yang baru-baru ini terjadi.
Demikian pandangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat sesi plenary di KTT ASEAN XXX di Reception Hall, Philippine International Convention Center, Manila, Sabtu.
"Kita menyaksikan beberapa kejadian yang mengkhawatirkan. Inilah dunia yang kita hadapi," ujar Presiden RI.
Keadaan tersebut menjadikan dunia berada dalam sebuah ketidakpastian. Namun, ketidakpastian itu sendiri tampaknya telah menjadi "a new normal" dewasa ini.
Untuk itulah, Presiden Jokowi mengajak komunitas ASEAN untuk hidup dan membawa perubahan.
"Para pemimpin ASEAN harus memiliki keberanian untuk melihat kekuatan dan kelemahan kita sehingga ASEAN akan tetap menjadi organisasi yang relevan bagi rakyatnya dan bagi dunia," katanya.
Pada usianya yang ke-50, ASEAN dinilai telah berhasil membentuk suatu ekosistem bagi perdamaian dan kesejahteraan rakyatnya.
Capaian tersebut menjadikan ASEAN dipandang sebagai salah satu kekuatan dunia yang senantiasa menarik perhatian kekuatan besar lainnya.
Indonesia pun berharap agar ASEAN terus berkembang menjadi organisasi yang modern dan siap mengatasi segala tantangan zaman.
"ASEAN dinilai netral, tetapi selalu siap menjadi bagian dari solusi. ASEAN telah menjadi tempat bagi kekuatan-kekuatan besar untuk bicara satu sama lain. Pengumuman Wakil Presiden AS di Jakarta pekan lalu bahwa Presiden AS akan hadir di KTT ASEAN-AS dan East Asia Summit 2017 membuktikan minat kekuatan besar untuk tetap menjalin hubungan baik dengan ASEAN," ujarnya.
Meski demikian, menurut Presiden, terdapat sejumlah hal yang harus dibenahi oleh komunitas ASEAN, terutama terkait dengan implementasi dan pelaksanaan segala kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai dari pertemuan negara-negara ASEAN.
"ASEAN harus menjadikan pertemuan-pertemuan ASEAN lebih efektif dan efisien," kata Presiden.
Selain itu, kesadaran dan rasa memiliki masyarakat ASEAN juga perlu dibangun.
"Semboyan people-centered people-oriented jangan hanya dijadikan jargon, tetapi harus diterapkan. Buruh migran harus dilindungi, para pelaut ASEAN harus merasa aman berlayar di perairan ASEA, para UMKM kita harus terus diberdayakan, serta hak asasi masyarakat ASEAN harus dilindungi dan dimajukan," kata Presiden.
Sementara itu, di tengah kondisi dan rivalitas geopolitik yang menghangat, Presiden menekankan bahwa ASEAN harus tetap aktif memberikan solusi bagi dunia.
Kesatuan dan sentralitas merupakan kunci utama untuk mencapai hal tersebut.
"Jangan biarkan ASEAN menjadi proxy rivalitas kekuatan-kekuatan besar, ASEAN harus tetap menjadi hub of regional diplomacy. Kesatuan dan sentralitas adalah kunci utama untuk menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang dihormati," ucapnya.
Lebih lanjut, Presiden juga memaparkan mengenai kondisi terkini yang terjadi di kawasan ASEAN.
Ia pun meminta para pemimpin negara ASEAN untuk bersama-sama memberi perhatian besar untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
"Saya mengingatkan mulai maraknya kegiatan lintas batas, seperti perompakan, radikalisme dan terorisme, IUU Fishing, dan kejahatan narkoba. Oleh karena itu, para pemimpin ASEAN harus memberikan perhatian besar terhadap upaya mengatasi kejahatan lintas negara tersebut. Jangan sampai kita terlambat. Saya ulangi, jangan sampai kita terlambat," ujarnya.
Terakhir, untuk menangani permasalahan proteksionisme negara-negara luar yang mulai menggejala, Presiden Joko Widodo berharap agar ASEAN terus mendorong dan memperkuat kerja sama ekonomi dengan pihak luar.
Ia juga berharap agar negosiasi Regional Comprehensive Economic Partnership harus dapat diselesaikan sesegera mungkin.
"Gap pembangunan harus dipersempit. Kita manfaatkan kelompok menengah ASEAN untuk menarik gerbong ekonomi ASEAN, termasuk UMKM. Kita ingin melihat ASEAN maju bersama dengan majunya seluruh negara ASEAN. Tidak boleh satu pun orang dan negara yang tertinggal dalam kemajuan ASEAN," katanya.
Sebelum menghadiri sesi plenary di KTT ASEAN XXX, Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menghadiri Pembukaan KTT ASEAN Ke-30.
Turut mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Duta Besar Indonesia untuk Filipina Johny J. Lumintang.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017