Setelah melihat keindahan candi dari atas, maka kami juga naik ke atas candiMagelang (ANTARA News) - Puluhan penerjun payung dari dalam dan luar negeri meramaikan Jogja International Air Show 2017 di Lapangan Lumbini kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Para penerjun payung tersebut selain dari Indonesia, antara lain dari Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Myanmar, Malaysia, dan Hong Kong.
Para penerjun payung mengaku cukup senang dapat mendarat dengan sukses di kompleks Candi Borobudur yang merupakan Candi Buddha terbesar di dunia tersebut.
Seorang atlet asal Prancis, Thomas Gullaud (33) mengatakan pemandangan dari atas Candi Borobudur sangat luar biasa.
"Sangat berkesan, saya senang sekaligus mendapat pengalaman berharga ketika mendarat di Candi Borobodur yang memiliki pemandangan luar biasa. Ini pengalaman saya pertama di Indonesia," katanya.
Atlet dari Jerman, Matthias Loetzhe (42) yang telah menggeluti terjun payung selama 10 tahun mengatakan terjun payung di kawasan candi merupakan pengalaman yang luar biasa.
"Setelah melihat keindahan candi dari atas, maka kami juga naik ke atas candi," katanya.
Panitia penyelenggara, Rahmansyah Yudiana mengatakan sebelum melakukan pendaratan di Lapangan Lumbini kompleks Candi Borobudur, para peserta pada Kamis (27/4) juga melakukan pendaratan di komplekc Candi Prambanan.
Ia berharap dengan digelarnya event bertaraf internasional seperti ini, olahraga dirgantara dapat semakin memasyarakat. Selain itu, upaya ini sekaligus untuk memperkenalkan berbagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, termasuk Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Ia mengatakan melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Candi Prambanan dan Borobudur.
"Setelah di Candi Borobudur, acara terjun payung akan dilanjutkan ke salah satu pantai di Kabupaten Gunung Kidul, daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus memperkenalkan destinasi wisata di sana. Harapannya, tingkat kunjungan wisatwan ke Indonesia juga semakin meningkat," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017