Jerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Israel, Ehud Olmert, mengatakan pada Minggu, akan berusaha untuk memperluas perbatasan Jerusalem dan mengharapkan penerimaan dunia segera atas pemerintahan Israel di kota yang disengketakan itu. Pada satu upacara untuk menandai perebutan dan pencaplokan Israel pada 1967 atas bagian timur kota itu yang Palestina upayakan sebagai ibukota negara mereka pada masa depan. "Empat puluh tahun terakhir ini hanya permulaan. Saya yakin, berharap dan berdoa bahwa kami akan terus bekerja bersama untuk memperkokoh Jerusalem, untuk memperluas perbatasannya, untuk memperkuat fondasinya, untuk membangun lingkungannya," ujarnya. Dalam pidatonya di bekas Tembok Barat dari kuil kuno Yahudi di Jerusalem, Olmert mengatakan Israel mengharapkan akan mencapai penerimaan dunia akan pemerintahannya di kota itu, dengan menghormati kesucian tiga kepercayaan; Judaisme, Nasrani, dan Islam. "Jika kami melakukan hal itu dengan bijaksana dan berhati-hati, kami akan menjaga kota ini senantiasa di bawah kedaulatan kami, menyeluruh dan bersatu serta diterima oleh seluruh dunia. Ini cita-cita kami," kata Olmert. Sekitar 200.000 warga Israel telah pindah ke lingkungan Israel yang dibangun di Jerusalem Timur Arab itu sejak pencaplokan wilayah itu setelah Perang Timur Tengah 1967, dalam satu tindakan yang tidak diakui secara internasional. Kota itu juga menampung sekitar 230.000 warga Palestina, sebagian besar dari mereka tinggal secara terpisah dari warga Israel. Israel pekan lalu mengatakan telah merencanakan untuk membangun 20.000 unit perumahan lagi untuk orang Israel di Jerusalem Timur, upaya yang oleh beberapa pejabat Palestina kecam sebagai rintangan bagi upaya yang didukung-AS untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai yang telah lama macet karena kekerasan. Menyangkut satu upaya damai Arab yang dihidupkan kembali belum lama ini, Olmert mengatakan, melihat secara positif tawaran pada Israel pemulihan hubungan dengan dunia Aran sebagai pertukaran bagi penarikan penuh (Israel) dari tanah yang negara Yahudi itu rebut dalam perang 1967, termasuk Jerusalem Timur. Kementerian luar negeri Israel sebelumnya menyampaikan penyesalan atas beberapa diplomat Eropa yang menampik undangan untuk menghadiri sidang besar parlemen yang direncanakan Senin untuk menandai ulangtahun direbutnya Jerusalem Timur oleh negara Yahudi itu, demikian laporan Reuters. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007