Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan diperkirakan rawan terhadap koreksi. "Indeks BEJ pekan depan masih rawan koreksi, karena masih belum ada sentimen baru yang masuk ke pasar," kata Analis Saham PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut Krisna, sentimen yang ada belum dapat menggerakkan pasar, walaupun ada masih sentimen individu saham. Bahkan, lanjutnya, pelaku pasar juga masih kecewa terhadap beberapa kinerja saham unggulan Telkom (TLKM) yang belum berubah yang mendorong indeks cenderung turun. "Para pelaku pasar masih kecewa terhadap kinerja TLKM pada kwartal pertama tahun ini, dan bahkan mereka pesimis kinerja ke depan karena persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat. Krisna juga menambahkan pasar BEJ ini juga sangat tergantung pada situasi pasar saham global. "Bursa kita sangat terpengaruh dengan kondisi bursa regional, dan ini nampaknya masih akan berjalan pada pekan ini," katanya. Selama pekan ini, IHSG ditutup naik tipis 2,621 poin atau 0,12 persen menjadi 2.022,297, namun indeks LQ45 mengalami penurunan 6,923 poin atau 1,6 persen ke level 425,098. Penguatan IHSG ini lebih disebabkan mengikuti kenaikan di bursa regional yang terdorong oleh kinerja bursa Wall Street di New York yang mencatatkan rekor tertinggi. Namun setelah bursa Wall Street ditutup anjlok menyusul data ekonomi AS terbaru yang menunjukkan adanya penurunan penjualan retail, bursa regional juga terdorong turun, termasuk perdagangan saham di BEJ. Selain itu, pelaku pasar masih kecewa terhadap kinerja beberapa saham unggulan seperti TLKM telah memicu saham-saham berkapital besar mengalami tekanan jual. Namun, belum berubahnya makro ekonomi Indonesia dan terus menguatnya rupiah hingga dibawah level Rp9.000 per dolar AS masih menjadi penahan indeks BEJ. (*)

Copyright © ANTARA 2007