Caracas, Venezuela (ANTARA News) - Pasukan keamanan Venezuela menembakkan gas air mata dan meriam air kepada para demonstran bersenjatakan batu di sebuah gereja di Caracas, Rabu waktu setempat, dalam rangkaian unjuk rasa anti pemerintah bulan ini yang sudah merenggut 29 nyawa.
Seorang pemuda demonstran berusia 20 tahun tewas dalam bentrok terbaru di ibu kota Venezuela itu setelah tertimpa tabung gas, kata para pejabat di distrik Chacao di Caracas.
Pihak berwenang juga sudah mengumumkan dua korban jiwa akibat bentrok pekan ini, yakni pemuda berusia 22 tahun yang terkena tembakan di kota Valencia, dan pemuda pendukung pemerintah berusia 28 tahun yang perutnya tertembak di negara bagian Tachira.
Gelombang unjuk rasa sejak awal April lalu melawan pemerintah sosialis Presiden Nicolas Maduro telah membuat negeri itu jatuh ke kubangan kekerasan paling buruk sejak 2014.
Pengunjukrasa menginginkan Pemilu demi mengakhiri kekuasaan dua dekade kaum sosialis, namun krisis ekonomi yang brutal menimpa negara Amerika Lati ini juga memicu kemarahan sosial.
Baca juga: (Venezuela diguncang unjuk rasa, 12 orang tewas)
Baca juga: (Krisis makin panas, Venezuela keluar dari OAS)
"Saya ingin segalanya diakhiri: kelaparan, pembunuhan, korupsi, semua penyakit yang kita derita. Kita harus tetap di jalan sampai ada perubahan. Kita adalah mayoritas," kata mahasiswa Ricardo Ropero (20) dalam unjuk rasa di Caracas.
Pendukung Maduro yang berbaju merah juga menggelar unjuk rasa tandingan di jalan-jalan ibu kota. Mereka mengepalkan tinjunya ke udara dan mengutuk oposisi sebagai teroris.
Maduro mengatakan musuh-musuhnya berusaha melakukan kudeta berdarah, dengan persetujuan AS, seperti gerakan serupa pada 2002 melawan (mendiang mantan presiden Hugo) Chavez.
Selain menuntut Pemilu, lawan-lawan Maduro juga menuntut pembebasan para aktivis yang dipenjarakan, bantuan kemanusiaan akibat kelangkaan makanan dan obat-obatan, serta otonomi untuk legislasi yang diusulkan oposisi.
Dunia internasional juga mendesak Maduro di mana 19 dari 34 negara anggota Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) setuju menggelar pertemuan khusus para menteri luar negeri untuk membahas krisis Venezuela.
Venezuela sendiri telah mengancam akan keluar dari OAS di mana Menteri Luar Negeri Delcy Rodriguez mengaku tengah menunggu instruksi Presiden Maduro mengenai hal ini.
Maduro menang tipis pada Pemilu 2013 melawan pemimpin oposisi Henrique Capriles, namun krisis ekonomi telah menurunkan tingkat penerimaan publiknya.
Dalam unjuk rasa selama bulan ini, sekitar 1.500 orang ditangkap dan 800 di antaranya tetap ditahan, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017