Jakarta (ANTARA News) - Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL berhasil menangkap dan menahan dua kapal buronan Agency Penguatan Maritim Malaysia (APMM), di perairan Tanjung Uma, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (23/4).

Dua kapal buronan Malaysia itu, MT Brama Ocean Berbendera Malabo (314 DWT) dan MT Orca Berbendera Fiji (127 DWT) ditangkap tim Reaksi Cepat Armada Barat-4 Pangkalan Utama TNI AL IV/Tanjungpinang.


Panglima Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Laksamana Muda TNI Aan Kurnia, di Jakarta, Selasa, mengatakan, semuanya berawal APMM Malaysia mengirimkan berita kepada Komandan Pangkalan Utama TNI AL IV/Tanjungpinang, Kolonel Pelaut Ribut Suyatno, MT Brama Ocean dan MT Orca telah hilang.

Kemudian Suyanto memerintahkan jajarannya untuk mengumpulkan data dan memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan MT Brama Ocean dan MT Orca berlayar masuk menuju perairan Batam, Bintan dan Tanjung Balaikarimun.

Selain itu juga memerintahkan jajaran operasi pangkalan utama TNI AL itu menyiapkan unsur patroli dan membuat sektor penyekatan oleh unsur-unsur patroli diwilayah perairan Batam, Bintan, dan Tanjung Balai Karimun.

Mereka lalu bergerak cepat, termasuk menyiapkan tim penindak bergerak.

Selanjutnya unsur-unsur patroli yang terdiri dari KAL Anakonda, KAL Mapor, sea raider dan unsur-unsur lain menyekat di perairan Selat Riau, utara Batam, dan Selat Durian.

"Tidak mau kehilangan buruannya seluruh unsur patroli dan jaringan intelijen yang tergelar di laut melaksanakan tugas di sektor masing-masing untuk melakukan perburuan sang target operasi dan akhirnya Tim WFQR-4 berhasil menemukan titik terang keberadaan MT Brama Ocean dan MT Orca," kata Kurnia.

Tim pelaksana di lapangan lalu menemukan dengan ciri-ciri visual mirip dengan kapal-kapal yang dilaporkan Malaysia. Mereka berkoordinasi dengan Malaysia sambil melanjutkan operasinya.

"Dari ciri-ciri kapal tanker itu mirip dengan informasi dari APMM Malaysia namun beberapa bagian telah dicat untuk menghilangkan identitas kapal. Akhirnya kapal MT Orca diperiksa saat dia lego jangkar di perairan Tanjung Uma, Batam," kata dia.

Di atas kapal terdapat satu orang yang berinisial M , dan tim berhasil mengorek keterangan yang bersangkutan bahwa seluruh ABK berjumlah enam orang. Namun, lima orang lainnya sedang turun ke darat.

Saat diperiksa, kata Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Indonesia Kawasan Barat TNI AL, Letnan Kolonel Khusus Budi Amin, ternyata MT Brama Ocean sedang sandar pada MT Orca yang sedang lego jangkar. Di atas MT Brama Ocean terdapat empat orang, yaitu nakhoda dan tiga ABK.

"Modusnya, membawa kedua kapal yaitu MT Orca dan MT Brama Ocean tiba di perairan Tanjung Uma, Batam, pukul 07.00 WIB Sabtu (22/4) dengan cara MT Orca menggandeng MT Brama Ocean dari perairan Malaysia menuju perairan Tanjung Uma Batam," kata Amin.

Hingga saat ini MT Orca dan MT Brama Ocean telah sandar di dermaga Yos Sudarso, Markas Komando Pangkalan Utama TNI AL IV/Tanjungpinang, untuk diperiksa.


Menurut Kurnia, "Modusnya dia dari Malaysia, kabur ke wilayah kita, kesalahannya tidak ada dokumen yang sah. Indikasi awal sudah ada cuma masih proses."


Selama kurun waktu empat bulan dari Januari-April 2017, Komando Armada Kawasan Barat Indonesia TNI AL telah memeriksa 1.163 kapal dengan rincian 1.071 kapal dinyatakan tidak cukup bukti dan dibebaskan, sementara 92 kapal dinyatakan bersalah dan diproses lebih lanjut.

"Dengan keberhasilan tersebut, potensi kerugian negara yang diselamatkan sekitar Rp 320.818.000.000," kata Kurnia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017