Jakarta (ANTARA News) - Ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada Januari-Februari 2017 mencapai 2 miliar dollar AS atau naik sebesar tiga persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Industri TPT yang juga sektor padat karya berorientasi ekspor ini dapat menjadi jaring pengaman sosial karena banyak menyerap tenaga kerja. Hingga saat ini, diperkirakan mencapai tiga juta orang,†kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui siaran pers diterima di Jakarta, Senin.
Airlangga menyampaikan hal tersebut usai meresmikan perluasan pabrik PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex) Tbk. di Solo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Kemenperin mencatat, pada 2016, nilai investasi industri TPT mencapai Rp7,54 triliun dengan perolehan devisa yang signifikan dari nilai ekspor sebesar 11,87 miliar dollar AS dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.
Menurut Airlangga, industri TPT nasional selama tiga tahun terakhir ini mengalami kontraksi dalam pertumbuhannya, salah satunya didorong oleh investasi baru maupun perluasan pabrik dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi, yang salah satunya dilakukan oleh PT Sritex.
“Untuk itu, kami menyampaikan apresiasi kepada PT Sritex yang telah menambah investasinya sebesar Rp2,6 triliun guna meningkatakan kapasitas produksi di pabrik pemintalan (spinning) dan penyempurnaan kain (finishing), yang akan menyerap tenaga kerja baru sebanyak 3.500 orang,†paparnya. Hal ini tentu berdampak positif pada penerimaan pajak bagi negara serta sekaligus dapat memenuhi sebagian kebutuhan bahan baku kain dalam negeri yang saat ini masih diimpor.
Direktur Utama PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto mengungkapkan, perluasan pabrik memberikan peningkatan kapasitas produksi perusahaan.
"Dengan perluasan tersebut, saat ini Sritex Grup memiliki 24 pabrik spinning, tujuh pabrik weaving, 5 pabrik finishing dan 11 garment, dengan total karyawan lebih dari 50.000 orang," katanya. Oleh karena itu, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas perusahaan.
“SDM adalah aset unggulan perusahaan yang dibentuk dengan pelatihan-pelatihan terstruktur. Selain itu, kami terapkan budaya perusahaan dengan terintegrasi dan inovatif sehingga mendapatkan SDM yang tangguh, terampil, berkompeten serta berkarakter,†paparnya.
Agar industri TPT nasional dapat meningkatkan daya saingnya, yang diperlukan tidak hanya aspek modal dan teknologi, namun SDM yang kompeten mutlak dibutuhkan.
Oleh karena itu, Kemenperin sedang melakukan upaya dengan memfasilitasi peningkatan kemampuan SDM melalui program kerja sama yang link and match antara perusahaan industri dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Kemenperin mampu menggandeng sebanyak 117 perusahaan untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan 389 SMK dalam upaya menjalankan program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta. Program ini merupakan kelanjutan dari yang telah diluncurkan di Mojokerto, pada 28 Februari 2017 dengan melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 234 SMK di Jawa Timur.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017