Canberra (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Australia, Alexander Downer, Minggu, membalas serangan Menlu bayangan Partai Buruh, Robert McClelland, dengan menegaskan bahwa memperkuat hubungan Australia dengan Amerika Serikat, Jepang, China, dan Indonesia "menambah bobot Australia di tingkat global". Menlu Downer dalam pernyataannya menyebut pendapat McClelland yang dikutip Suratkabar "The Age" edisi Minggu itu sebagai "bodoh dan tidak bertanggungjawab" serta menunjukkan kelemahan komitmen Partai Buruh terhadap aliansi Australia dengan Amerika Serikat (AS). Dalam wawancaranya dengan suratkabar milik Fairfax itu, McClelland menegaskan, Australia tidak dapat mengambil resiko dengan mengalienasi China karena tidak ada jaminan bahwa AS akan terus menjadi kekuatan dominan di Asia. Selain itu, katanya, tidak juga wajib bagi Australia untuk menandatangani perjanjian pertahanan dengan Jepang atau masuk dalam pembicaraan keamanan formal dengan "sekutu-sekutu kita" dan "India" di mana Beijing akan melihat hal ini sebagai "upaya pengepungan". Menlu Downer yang membela segala kebijakan luar negeri yang selama ini diambil pemerintah mengatakan, pendapat McClelland itu sebagai "kegagalan" Partai Buruh mengapresiasi kerja keras pemerintah memperkuat secara terus-menerus hubungan Australia dengan negara-negara kunci. "Aliansi dengan AS tidak pernah lebih kuat. Sebaliknya, hubungan kita dengan China tidak pernah lebih baik. Hubungan kita dengan Jepang lebih luas dan lebih dalam dibandingkan sepuluh tahun lalu. Sama juga, hubungan kita dengan Indonesia telah tumbuh," kata Downer. Keuntungan yang diperoleh dari membangun dan memperluas hubungan dengan "negara-negara kunci" ini lebih besar. "Dengan memperkuat hubungan kita dengan AS, Jepang, China, dan Indonesia, hal itu telah menambah bobot strategis kita sendiri dan memperkuat kapasitas kita untuk menyelesaikan beragam masalah di tingkat global," katanya. Berbeda dengan pandangan Menlu Downer, Menlu Bayangan Partai Buruh, Robert McClelland mengatakan, partainya tidak bisa mengabaikan fakta bahwa China akan menjadi kekuatan ekonomi dan militer yang besar di kawasan Asia Pasifik. "Kita tidak bisa berasumsi bahwa Amerika Serikat akan seterusnya memiliki pengaruh dominan seperti yang dimilikinya sekarang ini. Karenanya, kita punya pilihan, yakni bagaimana membangun struktur kawasan sehingga kita memiliki peserta yang secara literal ikut menurun aturan main internasional." "Atau apakah kita mengisolasi dan menyingkirkan atau mengalienasi salah satu peserta utama dan memberinya kondisi tanpa mengikuti aturan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007