Jakarta (ANTARA News) - Keluarga korban kerusuhan Mei 1998 yang tergabung dalam Paguyuban Mei dan Forum Keluarga Korban Mei (FKKM) bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), melakukan tabur bunga di depan bangunan Ramayana Klender, Jakarta Timur, Minggu. Bangunan Ramayana Klender tersebut menjadi saksi bisu peristiwa kerusuhan di Jakarta itu, karena ratusan warga tewas saat bangunan itu terbakar dalam kerusuhan tersebut. Kepala Bidang (Kabid) Operasional Kontras, Indria Fernida, mengatakan, kegiatan tabur bunga itu merupakan momentum untuk memperingati peringatan sembilan tahun peristiwa Mei 1998. "Selain di Ramayana Klender, kelurga korban kerusuhan Mei 1998 itu melakukan jalan santai Kampanye Penuntasan Kasus Kerusuhan di Monas, dan Bundaran Hotel Indonesia," katanya. Sementara itu, pelaksanaan tabur bunga di Ramayana Klender itu berlangsung sejak 06.30 WIB, mereka tidak hanya melakukannya di depan bangunan perbelanjaan tersebut namun juga di belakangnya. Setelah melakukan tabur bunga, mereka menggelar doa bersama agar mereka juga berharap agar pemerintah mengusut dalang kerusuhan itu karena banyak anggota keluarganya yang hilang dalam peristiwa itu. "Kami juga berharap, kerusuhan itu tidak terjadi lagi di Indonesia pada masa mendatang," kata salah seorang peserta kegiatan tabur bunga itu," kata Indra. Sebelumnya dilaporkan, ratusan mahasiswa Universitas Trisakti berkumpul di kampus mereka yang terletak di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat, untuk melakukan upacara bendera dalam memperingati peristiwa Tragedi 12 Mei 1998. Upacara yang dipimpin Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Thoby Mutis dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan menaikkan bendera setengah tiang dan mengheningkan cipta bagi mereka yang gugur dalam peristiwa tersebut. Mahasiswa Trisakti yang meninggal dunia pada peristiwa itu adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007
Tidak sadarkah kalian wahai orang-orang pribumi,
bahwa kemajuan INdonesia tidak akan semaju seperti sekarang ini tanpa bantuan dari para etnis pendatang.
Tidak tahukah kalian akn norma dan nilai?
Dan apakah kenikmatan hanya bisa dirasakan oleh orang pribumi..
apa sebegitu iri nya kah kalian?
Perlukah seorang pejuang seperti Martin luhter King untuk memprjuangkan etnis mereka dalam suatu negara?