Yogyakarta (ANTARA News) - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membatasi ekspor kambing bligon yang merupakan turunan dari persilangan kambing peranakan etawa (PE) dengan kambing lokal 3.500 sampai 4.000 ekor per tahun. "Meskipun kemampuan produksi DIY bisa mencapai 12.000 ekor kambing bligon per tahun, namun untuk ekspor hanya dibatasi 3.500 sampai 4.000 ekor per tahun," kata Kepala Dinas Pertanian DIY Ir Achmad Kasiyani di Yogyakarta, Sabtu. Menurut dia, pembatasan jumlah ekspor tersebut karena pertimbangan kebutuhan di dalam negeri sendiri sudah sangat tinggi. "Seperti di DIY sendiri dibutuhkan sekitar 500 ekor lebih per hari untuk keperluan konsumsi," katanya. Selain itu, kata dia, pembatasan ekspor tersebut juga dimaksudkan agar populasi kambing bligon di DIY tidak berkurang. Ia mengatakan pihaknya juga melarang ekspor kambing PE, karena kambing jenis ini merupakan unggulan di Indonesia, dan yang boleh diekspor hanya turunannya. Menurut Kasiyani, sebenarnya permintaan ekspor kambing bligon yang berumur 7-8 bulan cukup tinggi terutama ekspor ke Timur Tengah dan Malaysia. Untuk melaksanakan pembatasan ekspor kambing bligon, pihaknya melakukan pengawasan melalui izin ekspor. "Dengan kewenangan mengeluarkan rekomendasi untuk izin ekspor, sekaligus sebagai pengawasan pembatasan ekspor kambing bligon," kata dia. Ia mengatakan, dalam setahun kambing bligon bisa beranak tiga kali. Sementara itu, `kantong induk plasma` peternakan kambing bligon di DIY ada di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. "Sedangkan plasmanya atau sub peternakan ada di Kecamatan Nanggulan dan Kalibawang, Kulonprogo," katanya. Menurut dia, persebaran peternakan kambing bligon di DIY sudah merata di empat kabupaten. Saat ini pihaknya sedang mengembangkan produksi kambing bligon, di antaranya dengan rencana pengembangan peternakan kambing bligon di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, dengan memberi bantuan 20 ekor kambing, atau setiap kepala keluarga peternak dibantu lima ekor. "Program ini sekaligus sebagai program pengentasan kemiskinan," kata Achmad Kasiyani.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007