Jakarta (ANTARA News) - Sri Lanka menjadi salah satu negara yang mengembangkan industri perhiasan berbahan baku bebatuan alam. Di sana, Blue Sapphire dan Alexandrite menjadi yang populer dan diminati pembeli dari mancanegara. Salah satu eksportir dan importir asal Sri Lanka, Lafir M. Abbas mengatakan Blue Sapphire disukai karena memiliki warna alami dan cantik.
"Blue sapphire disukai karena warnanya cantik, warna alami dari bumi. Tercipta alami," ujar dia kepada ANTARA News di sela penyelenggaraan Jakarta International Jewerlly Fair (JIJF) 2017 di JCC, Kamis.
Kota Ratnapura, kawasan Sri Lanka selatan dikenal sebagai salah satu penghasil Blue Sapphire, bahkan di awal Januari 2016 lalu, ilmuwan menemukan bongkahan batu itu seberat 1404,49 karat. Sejumlah orang menaksir temuan itu bernilai 100 juta dolar AS.
Sementara Alexandrite, umumnya berwarna hijau, namun berubah menjadi merah bila mendapatkan cahaya kekuningan. Jenis batu ini tergolong mahal bahkan bisa mencapai 5000 dolar Amerika Serikat (AS) per karatnya.
"Alexandrite itu warnanya hijau kalau mendapat cahaya terang, dan berubah menjadi merah bila terkena cahaya kekuningan. Madagaskar dan Brazil juga punya, tetapi warna Alexandrite lebih bagus. Harganya paling mahal, 5000 dolar AS per karat," kata Abbas.
Selain itu adapula Chrysoberyl Cat's Eye dan Alexandrite Cat's Eye, Ruby, Moostone, Zircon, Topaz dan jenis bebatuan lainnya yang tersebar di seluruh kawasan Sri Lanka dan menjadi favorit para pelancong dan maayarakat setempat. Umumnya mereka menyukai jenis bebatuan ini karena warnanya yang terang.
"Emerald juga sebenarnya dicari, tetapi kami tidak mempunyainya," tutur Abbas.
Dia menambahkan, kebanyakan pembeli memilih bebatuan sebagai perhiasan dalam bentuk kalung, gelang, cincin dan anting untuk dikenakan di berbagai kesempatan seperti pesta, dan aktivitas lainnya.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017