Pontianak (ANTARA News) - National Institute of Education Nanyang Technological Universtity of Singapore kehilangan jejak penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang selama ini menjadi objek penelitian untuk mendapatkan data migrasi dari penyu laut tersebut. Aktifis dari Worldwild Life Fund (WWF) Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara Barat, IB Windia Adnyana dalam keterangan tertulis di Pontianak, Sabtu, menyatakan, di penyu yang hilang itu terdapat dua alat pemancar terpasang pada karapas (cangkang). Alat pemancar itu merupakan bagian dari upaya konservasi penyu laut di dunia oleh teknologi canggih berupa pemantauan dengan satelit. "Pemantauan melalui satelit dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan data migrasi dari penyu laut tersebut," ujarnya. Signal terakhir yang terpantau dari penyu tersebut sebelum hilang di sekitar Kota Krui, Lampung Barat. Ia menambahkan, National Institute of Education Nanyang Technological University of Singapore selaku mitra WWF Indonesia, mengaku amat membutuhkan alat pemancar tersebut untuk upaya penelitian dan konservasi. Bahkan, lanjutnya, mereka akan menyediakan imbalan sebesar 500 dolar AS atau sekitar Rp4,75 juta sebagai tanda terima kasih baik yang dapat mengembalikan satu atau dua satelit tersebut. Penyu adalah salah satu satwa laut berkategori hewan yang terancam kepunahan, seperti tercantum dalam Red Data Book versi International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) maupun Appendix I Convention on International Trade in Endangered Wild Flora Fauna Species (CITES). Di perairan Indonesia, terdapat empat spesies penyu, yaitu penyu hijau, sisik, lekang, dan penyu belimbing. Penyu hijau dan penyu sisik ditemui di perairan di Kepulauan Riau, Belitung, Laut Jawa, Selat Makassar, Maluku, hingga Papua (Irianjaya). Penyu lekang dan belimbing ditemui di Kalbar, Maluku, dan Papua. Sedangkan penyu pipih yang hidup dan bertelur di perairan Australia kadang-kadang ditemui juga di Nusa Tenggara. Namun mereka tidak bertelur di sana seperti halnya penyu tempayan yang hidup di perairan subtropis. Penyu lekang karapasnya tersusun atas sisik dua pasang sisik (empat sisik) di kepala bagian depan atau terdapat satu sisik di tengah (jadi lima sisik) atau lebih di bagian rusuk. Sisik punggungnya berwarna abu-abu dan tersebar di perairan tropis. Windia berharap, bagi yang menemukan penyu tersebut dapat menghubungi WWF-Indonesia di Jl. WR. Supratman No. 5, Mataram-NTB, nomor telepon (0370) 631023.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007