Yogyakarta (ANTARA News) - Jenazah isteri Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (almarhum) Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Retno Wilanten, Sabtu siang dimakamkan di Makam Hastorenggo, Kotagede Yogyakarta tanpa upacara kebesaran. KRAy Retno Wilanten (97) meninggal dunia Jumat sekitar pukul 14.30 WIB di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta karena usia lanjut. Ia dibawa ke RS Bethesda pada Jumat pagi sekitar pukul 08.00 WIB setelah mengalami diare. Setelah disemayamkan di Bangsal Manis Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, jenazah almarhumah dimasukkan ke mobil jenazah yang membawanya ke Makam Hastorenggo Kotagede Yogyakarta. Tidak ada upacara kebesaran saat mobil jenazah meninggalkan Bangsal Manis Keraton Yogyakarta, kecuali ritual sebagai tradisi Jawa khususnya tradisi keraton seperti memukul `kenthongan` yang dilakukan seorang abdi dalem keraton sebagai tanda ada `lelayu` (orang meninggal dunia), kemenyan yang dibakar di sebuah anglo untuk mengonsentrasikan kekhusukan pelayat dalam berdoa, serta menyapu jalan di depan mobil jenazah agar perjalanan almarhumah ke alam baqa lancar tanpa halangan. Di antara pelayat tampak Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas. Sultan HB X mengenakan busana adat keraton yaitu surjan lengkap, dan GKR Hemas berkebaya dengan warna khusus acara berkabung. Sultan HB X dan GKR Hemas hanya melepas jenazah dari Bangsal Manis, keraton setempat, dan tidak ikut mengantar sampai ke makam, karena ada ketentuan raja yang masih bertahta di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tidak boleh datang ke makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul maupun Kotagede Yogyakarta. "Itu pantangan yang tidak boleh dilanggar," kata GBPH Hadiwinoto, adik Sultan HB X di sela upacara pemakaman jenazah almarhumah KRAy Retno Wilanten. Apalagi sampai ke makam raja-raja Mataram, melewati `plengkung gadhing` di sisi selatan Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta saja tidak boleh, karena jalan di bawah plengkung Gadhing merupakan jalan khusus yang harus dilewati untuk menuju ke makam raja-raja Mataram di Imogiri maupun Kotagede setiap ada raja, permaisuri maupun keluarganya serta kerabat keraton yang meninggal dunia. Menurut GBPH Hadiwinoto, sebenarnya almarhumah KRAy Retno Wilanten sudah disediakan tempat pemakaman di Makam Sapto Renggo yaitu makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul. Namun karena terjadi gempa pada 27 Mei 2006 beberapa bagian makam terutama tangga makam mengalami kerusakan, almarhumah untuk sementara dimakamkan di Makam Hastorenggo Kotagede Yogyakarta. "Nanti kalau Makam Imogiri sudah diperbaiki, almarhumah akan dipindahkan ke Makam Imogiri," katanya. Di antara pelayat juga tampak antara lain Menteri Pertanian Anton Apriantono, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Paku Alam IX, Ketua DPRD DIY Akhmad Djuwarto, Walikota Yogyakarta Herry Zudianto, Bupati Sleman Ibnu Subiyanto serta Mbah Marijan, jurukunci Gunung Merapi.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007