Kolombo (ANTARA News) - Petugas penyelamat membersihkan lumpur dan puing longsoran tempat pembuangan sampah raksasa di ibu kota Sri Lanka pada hari keempat, Senin, sementara jumlah korban tewas naik menjadi 29 orang sekalipun tidak ada kepastian jumlah yang hilang.
Gundukan pembuangan sampah setinggi 90 meter di daerah Meethotamulla di perbatasan jantung niaga Kolombo runtuh setelah kebakaran pada Jumat malam, saat peringatan tahun baru negara itu. Longsor tersebut mengubur banyak rumah.
Juru bicara militer Roshan Senivirathna mengatakan bahwa regu penyelamat harus menggali lebih dalam untuk mecari korban tewas namun tidak tahu berapa banyak yang mungkin masih hilang.
"Gundukan itu runtuh dengan cara kuat, dengan di beberapa tempat kami harus menggali hingga 20 kaki, dan di beberapa tempat mungkin sedikit lebih dalam, tergantung pada informasi yang kami dapatkan dari warga. Kami dapat melanjutkan pencarian kami," katanya kepada Reuters.
Warga masih mengatakan sekitar 100 orang mungkin hilang, tapi Pusat Manajemen Bencana (DMC) yang dikelola negara merevisi jumlah korban hilang menjadi 11 orang dan semula 30 orang,
Baik juru bicara militer dan seorang pejabat DMC mengatakan jumlah korban tewas telah mencapai 29 orang.
Pradeep Kodippili, juru bicara DMC, mengatakan jumlah yang hilang direvisi turun setelah memeriksa informasi penduduk daerah itu dari kantor-kantor pemerintah.
"Beberapa nama orang-orang yang telah meninggal masih ada dalam daftar hilang dan kami menghapus nama-nama itu," kata Kodippili kepada Reuters.
Pihak berwenang telah memerintahkan penghentian pembuangan sampah di tempat terdekat, yang terbesar di negeri ini, di mana 800 ton sampah dibuang setiap hari, terutama dari kota Kolombo.
Kementerian Keuangan sedang mempertimbangkan kompensasi untuk keluarga korban dan bagi mereka yang rumahnya rusak akibat tanah longsor.
Tim penyelamat yang terdiri dari lebih dari 1.000 personil militer menghentikan pencarian pada Senin dan diharapkan akan kembali melanjutkan pencarian pada Selasa.
Namun, pejabat mengatakan telah mengatakan peluang selamat adalah "sangat tidak mungkin".
Polisi sedang menyelidiki apakah longsor itu alami atau buatan manusia.
Warga daerah itu, sebagian besar tinggal di lapak, menuntut pemindahan gunung sampah itu, karena mengganggu kesehatan. Pemerintah mengatakan akan memindahkan gunung sampah itu sebagai bagian dari rencana prasarana, demikian Reuters.
(G003/B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017