Jakarta (ANTARA News) - Para petani membutuhkan bantuan permodalan untuk mencapai target Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Terpencil, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang menargetkan setiap desa memiliki satu produk unggulan.
"Permasalahan petani adalah permodalan. Para petani di desa-desa mengalami kesulitan ekonomi untuk menanam komoditas unggulan tersebut," kata Sales Capability ASEAN dan Kepala Hubungan Indonesia Syngenta, Johannis Midzon, di Jakarta, Selasa.
Ia mencontohkan para petani di Dompu, Nusa Tenggara Barat, untuk menanam jagung dengan luas lahan 1 hektare membutuhkan dana Rp8 juta hingga Rp10 juta.
Bagi petani dengan tingkat perekonomian lemah, jumlah dana tersebut besar.
"Mereka kesulitan mengakses kredit usaha rakyat karena sebagian besar lahan mereka tidak memiliki sertifikat. Solusinya adalah dengan pembiayaan mikro tanpa agunan," katanya.
Dengan 1 hektare lahan tersebut, lanjut dia, petani bisa menghasilkan jagung sebanyak 8 ton atau mendapatkan uang sebesar Rp36 juta/hektare.
"Sebenarnya uang pinjaman tersebut bisa kembali jika dikelola dengan benar," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya melakukan pembinaan kepada para petani agar petani bisa menanam dengan cara yang benar.
Ia menjelaskan bahwa pihaknya pada tahun 2014 meluncurkan program keuangan mikro kepada 198 petani jagung di Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Program tersebut bekerja sama dengan Mercy Corps Indonesia, Bank Andara, dan BPR Akbar Pesisir di bawah kegiatan Kemitraan untuk Pertanian Berkesinambungan Indonesia bagi kelompok petani kecil jagung.
Selain akses pembiayaan, petani juga dilatih dalam agronomi dan mendapatkan pelatihan literasi finansial. Program ini berhasil meningkatkan produktivitas sebesar 12 persen dan meningkatkan pendapatan petani sebesar 23 persen.
"Kami berharap pada tahun ini bisa mencapai 1.000 petani," katanya.
Sebelumnya, Kemendes PDTT meluncurkan program kawasan unggulan perdesaan. Melalui program itu, Pemerintah menargetkan setiap desa memiliki satu produk unggulan. Dengan demikian, lebih mudah berinvestasi dalam bidang pascapanen sehingga lebih menguntungkan petani.
(T.I025/D007)
Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017