"Kita semua tahu enam bulan lalu begitu marak peredaran berita hoax," katanya dalam sambutannya pada Deklarasi Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Hall Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta, Selasa.
"Namun setelah diperangi bersama oleh masyarakat, pemerintah, media serta wartawan, kini jumlahnya berkurang drastis," ujar pria yang akrab disapa Stanley itu menambahkan.
Meski demikian, Stanley mengakui saat ini masih tetap ada peredaran berita hoax, namun jumlahnya berkurang drastis.
Oleh karena itu Stanley mengharapkan peran aktif AMSI sebagai verifikator terkait keberadaan media siber yang mendominasi jumlah media yang ada di Indonesia saat ini.
"Perkiraan Dewan Pers saat ini ada sekira 43.300 media siber di seluruh Indonesia," kata Stanley.
Jumlah tersebut, lanjut Stanley, mendominasi jumlah media di seluruh Indonesia yang diperkirakan Dewan Pers terdapat sekira 47.000 media.
Di sisi lain, generasi kiwari cenderung lebih berdekatan dengan media siber ketimbang buku ataupun televisi, sehingga penyaringan hoax perlu diperketat demi memastikan bonus demografi Indonesia berkualitas pada 2030.
"Bonus demografi Indonesia yang berakhir pada 2030, agar tidak terpapar oleh jnformasi hoax," katanya.
(Baca: Dewan Pers harapkan inovasi regulasi etika media siber)
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017