Baghdad (ANTARA News) - Para penyerang bom truk bunuh diri melakukan aksi mereka di pos-pos pemeriksaan polisi di dua jembatan di sebuah daerah Syiah sebelah selatan Baghdad, Jumat, menewaskan 22 orang dan mencederai 60 lain, kata polisi. Satu sumber kepolisian mengatakan, delapan polisi termasuk diantara mereka yang tewas, namun belum jelas berapa korban yang jatuh dalam masing-masing serangan tersebut. Sebanyak 12 polisi juga cedera dalam ledakan itu, yang merupakan serangan gerilya terakhir terhadap jembatan di Irak. Menurut polisi, sebuah bom truk merusak jembatan tua Diyala dan sebuah kantor polisi yang berdekatan. Beberapa menit kemudian dalam jarak beberapa kilometer, sebuah bom mobil meledak di jembatan baru Diyala. Tidak ada laporan segera mengenai kerusakan di jembatan tersebut. Kedua jembatan di atas Sungai Diyala itu, yang merupakan anak Sungai Tigris, biasa digunakan oleh jemaah Syiah yang sedang dalam perjalanan ke kota-kota suci Syiah Najaf dan Kerbala di wilayah selatan. Orang-orang yang diduga gerilyawan Arab Sunni melancarkan serangan terhadap jembatan-jembatan di Baghdad dalam beberapa pekan ini dalam operasi yang disebut para pejabat Irak dan AS bertujuan merusak prasarana Irak. Pasukan AS dan Irak telah meningkatkan pengamanan terhadap jembatan. Bulan lalu, sebuah bom truk menghancurkan jembatan terkenal Sarafiya di Baghdad, mengakibatkan sejumlah mobil tercebur ke Sungai Tigris. Beberapa hari kemudian seorang penyerang bom mobil bunuh diri meledakkan dirinya di sebuah jalan menurun yang menuju sebuah jembatan lain di Baghdad. Para politikus dari kedua kubu yang terlibat dalam perselisihan sektarian Syiah-Sunni menuduh gerilyawan berusaha memecah ibukota Irak yang berpenduduk tujuh juta orang itu berdasarkan garis-garis suku. Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Irak meluncurkan operasi keamanan di Baghdad pada Februari dalam upaya meredakan konflik sektarian Syiah-Sunni yang bisa berkembang menjadi perang saudara. Komandan-komandan AS memperigatkan bahwa gerilyawan berusaha meningkatkan serangan terhadap daerah-daerah pinggiran ibukota itu ketika ribuan prajurit memasuki kota tersebut. Operasi itu, yang akan diperkuat 30.000 prajurit tambahan AS yang diperkirakan digelar sebelum 1 Juni, telah mengurangi pembunuhan sektarian, namun serangan-serangan bom mobil terus terjadi di ibukota Irak tersebut, demikian Reuters. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007